Tempo.Co

Jika Dunia Mengadopsi Bhinneka Tunggal Ika
Selasa, 19 Juli 2016
Indonesia siap menjalin persahabatan dengan negara manapun, termasuk kawasan terbelakang.

Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) Nurhayati Ali Assegaf dan Duta Besar Ethiopia Arega Hailu Teffera sepakat akan membentuk grup kerjasama bilateral.  Kerjasama ini baru pertama kali ini dilakukan kedua negara.

“Kerjasama dengan parlemen ini diharapkan lebih memperkuat hubungan kerjasama antara people to people contact. Hubungan persahabatan Indonesia dengan Afrika sudah terjalin sejak Konferensi Asia Afrika pada 1955 di Bandung,” kata dia usai menerima Dubes Ethiopia, Selasa 19 Juli 2016.

Gagasan kerjasama bilateral ini, menunjukkan bahwa semboyan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi satu jua sangat tepat jika diadopsi di seluruh negara di dunia. Menurutnya, perbedaan yang ada di seluruh dunia tidak akan jadi persoalan jika menganut semboyan Bhineka Tunggal Ika.

“Bagaimana jika dunia bisa mengadopsi filsuf Indonesia alangkah indahnya, hidup  berdampingan dengan tenang,” ujarnya.

Nurhayati mengatakan, hubungan kerjasama ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi kedua negara saja. Akan tetapi juga menciptakan kedamaian bagi seluruh masyarakat Afrika, di Asia hingga di seluruh dunia.

“Kami berharap, kerjasama ini mempunyai dampak yang signifikan bagi negara-negara lain di Afrika, Asia dan dunia. Apalagi Ethiopia ibarat ibukota bagi negara-negara di Afrika,” kata Nurhayati.

Menurut Nurhayati kerjasama bilateral antar negara tidak melihat kondisi perekonomian negara. Indonesia siap menjalin persahabatan dengan negara manapun, termasuk kawasan terbelakang. Dengan hubungan dua negara ini,Nurhayati berharap Indonesiamampu memberikan kontribusi besar bagi kebebasan pembangunan dan perkembangan Asia Afrika.

Dia berharap, kerjasama antara dua negara ini tidak hanya saling mengunjungi. Apalagi saat ini, Indonesia sudah melakukan 59 kerjasama  bilateral dan tengah dilakukan kajian ulang dengan sejumlah kerjasama yang kurang efektif.

“Saat ini hubungan kerjasama bilateral berkurang menjadi 49 karena memang kurang efektif. Setelah kerjasama dihentikan, sejumlah negara tersebut ingin kembali bekerjasama dengan Indonesia. Oleh karena itu kini dilakukan proses untuk melakukan MoU dengan negara-negara tersebut,” kata Nurhayati. (*)