Tempo.Co

Akom: Ada Tiga Musuh Besar Bangsa
Rabu, 10 Agustus 2016
Pelajar Muhammadiyah diminta ikut memerangi teroris, narkoba, dan korupsi.

Ketua DPR RI Ade Komarudin (Akom) mengatakan tiga hal yang menjadi musuh besar bangsa sekarang ini adalah teroris, narkoba, dan korupsi. Menurut Akom, ketiga musuh besar ini harus dihadapi secara bersama.

Hal ini disampaikan Akom kepada rombongan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PPIPM) saat bertemu dengannya di kantornya gedung Nusantara 3, Kompleks Parlemen, Rabu, 10 Agustus 2016. “Untuk kemajuan bangsa dan umat, tiga hal itu penting sekarang dikerjakan Ikatan Pelajar Muhammadiyah sesuai dengan latarbelakang organisasi yang merupakan underbow dari PP Muhammadiyah. Ini tiga musuh besar bangsa sekarang ini. Jadi, musuh kita sekarang ini bukan penjajah lagi. Kita tidak akan puas sebagai bangsa kalau tiga masalah ini tidak bisa kita hadapi dengan baik,” katanya.

Untuk masalah narkoba, Akom menyarankan agar pelajar Muhammadiyah bersinergi dengan lembaga-lembaga seperti BNN, Depsos, untuk bagaimana secara bersama-sama melakukan  pemberantasan narkoba ini. “Kalau memberantas  gembong narkoba kan nggak mungkin pelajar  Muhammadiyah, itu urusan polisi. Tapi bagaimana memberi kesadaran kepada pelajar itu menjadi tugas kita semua,” ujarnya.

Soal teroris, kata Akom, teologi Muhammadiyah pastinya tidak mengajarkan cara-cara kekerasan. Apalagi Islam di Indonesia yang  dikenal dengan sangat moderat, bukan Islam yang dikaitkan dengan cara kekerasan. “Sangat susah masyarakat di Indonesia menerima sesuatu yang dilakukan dengan cara kekerasan.  Karenanya, sekelompok golongan atau siapa pun yang berusaha untuk mewujudkan keinganannya dengan cara-cara kekerasan pasti gagal. Kudeta yang dilakukan komunis contohnya, gagal dilakukan. Itu karena orang Indonesia tidak suka dengan cara kekerasan. Bangsa ini bangsa yang suka memaafkan,” ucapnya. Tapi Akom juga menekankan agar terorisme itu jangan dianggap enteng.

Sedangkan untuk masalah korupsi, Akom meminta pelajar Muhammadiyah, selain ikut memberikan contoh dan pendidikan kader kepada para pelajar tentang betapa berbahayanya korupsi. Jadi perlu disusun kurikulumnya dengan baik, dan itu secara teologis pada ada dasarnya. “Apalagi banyak orang-orang Muhammadiyah yang masuk dalam aktifis anti korupsi. Silakan banyak berdiskusi dengan mereka,” kata Akom.  (*)