Tempo.Co

KOMENTAR+

Dewan Prihatinkan Kasus Pemukulan Guru
Minggu, 14 Agustus 2016
Semestinya, semua proses dalam sekolah harus dimaknai sebagai proses pendidikan.

Pemukulan kepada Dasrul, guru SMK Negeri 2 Makassar, Sulawesi Selatan, oleh wali murid beberapa waktu lalu, mengundang keprihatinan Anggota Dewan. Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Fakih mengungkapkan kesedihannya saat mendengar kasus pemukulan itu.

“Saya sedih mendengar kasus pemukulan itu. Proses belajar mengajar harus dikotori oleh nafsu angkara murka orang tua,” kata Fikri dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 12 Agustus 2016.

Politisi F-PKS itu menilai, ini buntut dari kasus Samhudi, seorang guru SMP Raden Rahmat di Sidoarjo, Jawa Timur. Samhudi dilaporkan oleh wali murid, karena diduga mencubit muridnya dengan alasan tidak menjalankan shalat Dhuha.

“Ini masalah kepercayaan. Bila sekolah sudah dipercayai oleh wali murid untuk mendidik anaknya, mestinya semua proses dalam sekolah harus dimaknai sebagai proses pendidikan,” ujar politisi asal dapil Jawa Tengah itu.

Dalam kesempatan berbeda, Anggota Komisi X DPR Jefirstson Riwu Kore menyesalkan terjadinya kasus pemukulan terhadap guru Dasrul. Kasus seperti ini pun turut menjadi perhatian Komisi X yang membidangi pendidikan. Untuk itu, ia mengusulkan dibuatnya undang-undang untuk melindungi guru. “Perlu ada Undang-Undang Perlindungan Guru. Ini penting. Konsepnya, guru diberi hak untuk mendisiplinkan murid, tapi diatur juga agar tidak boleh mencederainya,” ucap Jefri.

Politisi F-PD itu menyatakan, dengan adanya landasan hukum itu, nantinya akan ada pakem jika ada masalah yang melibatkan antara guru dengan murid, serta guru dengan orang tua atau wali murid. “Ini kan demi pendidikan murid juga. Saya juga mengajak Anggota Dewan lain untuk mendukung UU Perlindungan Guru ini,” ujar Jefri.

Jefri juga setuju bahwa dalam mendidik murid di sekolah, guru tidak boleh ringan tangan, apalagi sampai mencederainya. Ia selalu mendukung pendisiplinan siswa selama tidak dengan kekerasan. “Kita juga tidak mau anak-anak dipukul guru sampai cedera, tapi kita juga tidak mau anak-anak dilepas begitu saja. Kadang orang tua berlindung pada hak asasi anak-anak. Kan untuk membangun anak perlu ada pengembangan karakter yang baik. Kita kan tidak mau anak-anak jadi tidak disiplin ,” katanya. (*)

PARLEMENTARIA+

MAJALAH PARLEMENTARIA
BULETIN PARLEMENTARIA