Tempo.Co

Parlemen Indonesia Bahas UMKM di Pertemuan Dunia
Rabu, 05 Oktober 2016
Penting dibuat suatu kebijakan untuk melindungi ekonomi lokal dan menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Nurhayati Ali Assegaf menghadiri 37th Steering Committee of the Parliamentary Conference on the World Trade Organization WTO di markas besar WTO di Jenewa, Swiss, Rabu, 28 September 2016. Pertemuan tersebut diikuti 10 perwakilan parlemen anggota steering committee dan parlemen Eropa, Inter-Parliamentary Union (IPU).

Ada empat agenda utama yang dibahas, yakni pemaparan hasil kerja WTO, perkembangan terkait negara anggota baru, perkiraan perdagangan dunia ke depan, serta pembahasan pernyataan bersama (draft statement).

Selain itu, Nurhayati menjadi salah satu panelis dalam acara WTO Public Forum yang diselenggarakan pada 27 September 2016. Mengambil tema besar “Perdagangan yang Inklusif”, plenary session ini merupakan salah satu dari 100 rangkaian acara yang mengundang pembicara dari seluruh dunia.

Delegasi Indonesia turut diwakili oleh anggota Komisi I Charles Honoris. Dalam kesempatan itu, Nurhayati menegaskan pentingnya dampak fenomena rantai nilai global atau global value chain (GVC), di mana proses produksi dari bahan mentah hingga bahan jadi diproses di banyak negara. Dia juga menekankan upaya mendorong usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia untuk lebih terlibat dalam GVC.

Di antara tiga panelis lain yang diwakili OECD, Parlemen Uni Eropa, dan Parlemen Pakistan, Nurhayati menekankan pentingnya dibuat suatu kebijakan untuk melindungi ekonomi lokal, menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan, serta menciptakan investasi yang berkeadilan yang dapat dinikmati semua masyarakat.

Nurhayati juga menyoroti kebijakan yang dibuat harus mampu mendorong UMKM dalam negeri agar dapat menerima manfaat dari GVC melalui peningkatan kemampuan dan kompetensi, pembangunan kapasitas, serta transfer teknologi. Dia tidak lupa menekankan pentingnya memberdayakan perempuan. Hingga saat ini, perempuan masih mengalami ketimpangan dibanding pria, terutama dalam bidang pendidikan, lapangan pekerjaan, dan aktivitas ekonomi lainnya. (*)