Tempo.Co

Indonesia Dukung Perdamaian di Kawasan Asia
Senin, 31 Oktober 2016
Penting bagi Indonesia mempunyai pemahaman yang baik tentang Asia Tengah, terutama Uzbekistan.

Wakil Ketua DPR RI Bidang Kesejahteraan Rakyat Fahri Hamzah menerima kunjungan Duta Besar Uzbekistan Shavkat Jamalov di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 31 Oktober 2016. Dalam pertemuan antara keduanya, Fahri berjanji akan mendukung untuk menciptakan kawasan Asia yang damai.

“Negara di wilayah Asia Tengah bisa kita bantu menjadi kawasan yang sukses. Indonesia harus punya pandangan terhadap hal ini. Saya memberikan support dan semangat kepada Duta Besar Uzbekistan, dan DPR sangat mendukung transisi demokrasi mereka. Sebab, kita juga pernah mengalami pengalaman masa transisi seperti mereka,” ujar Fahri.

Menurutnya, penting bagi Indonesia mempunyai pemahaman yang baik tentang Asia Tengah, terutama Uzbekistan dan kota-kota penting lain yang terkenal dalam sejarah, supaya tidak mempunyai perspektif yang sempit tentang agama dan ilmu pengetahuan.

 “Kadang kita berfikir sempit karena pengetahuan sejarah yang juga sempit. Saya berharap mudah-mudahan Uzbekistan bisa sukses menjadi negara demokrasi yang maju sehingga rakyatnya dapat hidup dalam keadaan damai, merdeka, dan makmur, serta dapat menikmati hasil pembangunan yang telah mereka lakukan,” ucapnya.

Fahri juga mengatakan Indonesia perlu punya perhatian yang baik kepada negara di kawasan Asia Tengah. Sebab, Asia Tengah merupakan wilayah yang dahulunya jarang disebut akibat tenggelam di bawah dominasi Uni Soviet. Namun, saat ini, setelah 25 tahun pasca runtuhnya Uni Soviet, Asia Tengah telah tumbuh menjadi negara-negara yang independen.

Salah satu hal yang menarik adalah karena, dalam sejarahnya, Asia tengah merupakan simbol dari puncak-puncak kemajuan ilmu pengetahuan dan sains. Sehingga, saintis generasi awal, terutama di kalangan ulama Islam, seperti Imam Bukhari, berasal dari kawasan tersebut.

 “Saya mendapatkan undangan resmi dari Ketua KPU Uzbekistan untuk menjadi peninjau dalam pelaksanaan pemilu Presiden setelah wafatnya presiden pertama Uzbekistan. Sebab, sejak mendapatkan kemerdekaan pasca runtuhnya negara Uni Soviet pada 1991, selama kurun waktu 25 tahun, yang memimpin adalah presiden pertamanya. Mereka meminta saya untuk menjadi delegasi yang menyaksikan pemilu presiden mereka,” kata dia. (*)