Tempo.Co

Lembaga Pendidikan Harus Cetak Generasi Siap Kerja
Senin, 07 November 2016
Ketua DPR mewanti-wanti agar kurikulum pendidikan mampu mencetak generasi yang profesional dan unggul.

“Kurikulum pendidikan yang tidak mampu menerjemahkan kebutuhan zaman hanya mencetak pengangguran baru,” kata Ketua DPR RI Ade Komarudin dalam sambutannya di acara peletakan batu pertama pembangunan pesantren tahap II (lanjutan) SMP dan SMK Multimedia dan Panti Yatim Berprestasi Yayasan Benteng Madani di Purwakarta, Sabtu, 5 November 2016.

Selain itu, dalam menghadapi persaingan industri yang semakin masif, Akom—sapaan akrab Ade Komarudin—mewanti-wanti agar kurikulum pendidikan mampu mencetak generasi yang profesional dan unggul. “Jangan sampai pendidikan malah membuat menganggur, tidak siap masuk dunia kerja, karena secara profesional diragukan. Kami akan kaji dengan benar kebutuhan pasar itu,” ujarnya.

Akom menuturkan, Kabupaten Purwakarta memiliki potensi yang besar. Di Purwakarta terdapat banyak perusahaan dan investor asing, seperti Korea, Jepang, India, dan lain-lain. “Ini potensi, manfaatkan peluang dengan mencetak SDM lokal dengan keterampilan yang dibutuhkan industri. Kita akan bekerja sama dengan para investor sesuai dengan kebutuhan mereka,” tuturnya.

Sekolah yang diresmikan Akom adalah lembaga pendidikan vokasi yang berbasis pada tradisi pesantren. Pendidikan vokasi merupakan penggabungan antara teori dan praktek secara seimbang dengan orientasi pada kesiapan kerja lulusannya. Kurikulum dalam pendidikan vokasi terkonsentrasi pada sistem pembelajaran keahlian (apprenticeship of learning) pada kejuruan-kejuruan khusus (specific trades).

“Pendidikan vokasi tapi berbasiskan pesantren, dan bagi yatim tentu tidak dipungut bayaran sampai sekolah menengah atas kejuruan. Diajarkan juga bahasa sesuai kebutuhan, bahasa Korea harus, karena investor Korea cukup banyak. Kemudian juga Jepang, bahasa Inggris tentu harus, juga Arab, karena itu pesantren,” kata Akom.

Lebih lanjut, Akom mengungkapkan, pembangunan sekolah ini tidak berdasarkan pada motif pendidikan yang mencari untung dari peserta didik. “Ini bukan investasi dunia, ini investasi akhirat. Di dunia sudah cukuplah seperti ini, tidak akan ada puasnya. Kita investasi amal, tidak motif lain,” ucapnya. (*)