Komisi I DPR merasa bangga atas keberanian para pilot TNI Angkatan Udara menerbangkan pesawat tempur F-16 A/B TS-1603, yang mempunyai peralatan canggih, dalam latihan dan pengamanan terhadap wilayah NKRI. Meski demikian, bila alat-alat penerbangan itu tidak dilengkapi dengan maintenance yang bagus, justru bisa berbahaya. Misalnya, salah satu pesawat tempur tergelincir di landasan Bandara Sultan Syarif Karim II, Pekanbaru, beberapa waktu lalu.
“Ini menjadi perhatian Komisi I agar perencanaan di Kementerian Pertahanan betul-betul cermat, jangan sembarangan,” kata anggota Komisi I, Djoko Udjianto dari Fraksi Partai Demokrat saat pertemuan dengan Danlanud Roesmin Nurjadin (RsN), Pekanbaru, Marsma TNI Henri Alfiandi, baru-baru ini.
Politikus asal daerah pemilihan Jawa Tengah III itu mengatakan, dalam kurun waktu 2015-2016, terjadi beberapa kecelakaan pesawat TNI AU. Pesawat milik TNI AU yang mengalami kecelakaan pada 2015 adalah pesawat F-16, yang terbakar di Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta, 16 April, dan pesawat tempur T-501 Golden Eagle milik TNI AU di Yogyakarta pada 20 Desember.
Pada 2016 lalu, pesawat TNI AU yang mengalami kecelakaan adalah pesawat Super Tucano yang jatuh di Malang, Jawa Timur, 10 Februari, serta pesawat tempur F-16 A/B TS-1603 tergelincir di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Riau, 14 Maret.
“Ini kan alat mahal yang dioperasikan orang-orang pintar. Penerbangnya pasti orang-orang pilihan, cerdas, pintar, dan dipercaya mengoperasikan barang mahal yang nilainya Rp 800 miliar,” katanya. TNI AU, kata dia, mempunyai pilot-pilot yang oke, tapi yang diterbangkan jangan pesawat yang tidak oke, apalagi investasi menjadi penerbang sangat luar biasa.
“Jadi mengelola aset negara yang nilainya Rp 800 miliar itu harus betul-betul diperhatikan, jangan setengah-setengah. Sebab, Komisi I sangat serius memperjuangkan anggaran TNI dalam rangka pengadaan alutsista modern ini,” ujarnya.
Sebagai salah satu pimpinan di Badan Anggaran (Banggar) DPR, dia akan konsentrasi penuh dalam rangka memenuhi Minimum Essential Force (MEF). Namun, perlu diketahui, TNI kalau diberi anggaran tidak pernah habis, minta anggarannya lebih, tapi tidak pernah habis. “Jangan juga asal beli, seperti beli pesawat tempur Leopard tidak bisa jalan, beli kapal selam terpedonya tidak bisa lepas,” katanya.
Anggota Komisi I, Jazuli Juwaini dari Fraksi PKS, berharap TNI AU tangguh dan berwibawa. Untuk menjadi tangguh dan berwibawa, petanya harus jelas. “Kalau tidak, nanti berapa pun anggaran yang diberikan, tidak digunakan dengan baik. Ini bahaya juga, Karena itu, harus berkoordinasi dengan Kementerian Pertahanan,” ucapnya.