Tempo.Co

Mujib Rohmat: Pemerintah Harus Mengontrol Pulau-pulau Potensial
Senin, 25 April 2016
Anggaran sektor pariwisata di daerah sangat kecil. Dari tahun 2008 hingga 2016 jumlahnya hanya 0,010 dari APBD.

INFO DPR - Anggota Komisi X  DPR Mujib Rohmat mengingatkan agar jangan sampai ada pulau-pulau yang dijual atau dikuasai orang asing dengan bermacam-macam modus. Ia meminta pemerintah memperhatikan masalah ini. Apalagi modus yang dilakukan di antaranya dengan mengawini orang lokal kemudian membeli sebuah pulau.

“Pemerintah dan masyarakat harus memberikan kontrolnya terhadap pulau-pulau potensial itu supaya jangan sampai  beralih kepemilikan. Apalagi kita sedang menggenjot sektor pariwisata untuk berkontribusi dalam APBN yang lebih memadai,” ujarnya usai mengunjungi Kepulauan Karimunjawa, Jumat, 22 April 2016 lalu.

Politisi Partai Golkar dari Dapil Jateng ini  juga menyoroti masih kecilnya anggaran sektor pariwisata di daerah. Anggaran yang dikucurkan dari 2008 hingga 2016 itu jumlahnya hanya 0,010 dari APBD, sehingga perlu mendapatkan perhatian. Apalagi ke depan sektor pariwisata menjadi andalan pemasukan devisa.

Karena itu, ia berharap gubernur yang mempunyai pulau-pulau potensial untuk wilayah destinasi akan kelihatan dari sudut anggarannya. “Kita ingin menggunakan istilah money follow activity. Kalau aktivitasnya besar mestinya anggarannya juga besar. Karena Karimunjawa sudah masuk wilayah destinasi yang dikembangkan, partisipasi anggaran lokal harus mendapatkan perhatian. Apalagi Karimunjawa ada 27 pulau dan baru lima pulau dihuni,” kata Mujib.

Puji Djuharnoto, Kepala Balai Pelayanan Informati Pariwisata Pemprov Jateng yang mendampingi Tim Kunspek Komisi X dalam pelayaran dari Semarang ke Karimunjawa mengakui adanya pulau yang telah dibeli orang asing, yaitu Pulau Menyawakan.  Kepulauan Karimunjawa terdiri 27 pulau,  dan baru lima pulau yang berpenghuni.

Karimunjawa merupakan  wilayah Kecamatan terdiri lima desa, yaitu Karimunjawa, Kemujang, Parang, Nyamuk, dan Genting. Masing-masing pulau berjauhan, seperti dari Karimun ke Parang memerlkukan waktu dua jam dengan kapal cepat.

Kendala daerah ini adalah memiliki dua musim yang sangat tidak bisa ditoleransi. Pertama musim Barat, yang dimulai dari Januari hingga Maret. Saat musim ini biasanya muncul angin Barat yang mengakibatkan Karimunjawa menjadi pulau yang padam. Kedua musim Timur yang dimulai dari Juni hingga September. Saat itu, angin kencang dari arah Timur dan gelombang besar.