Imbauan Presiden Joko Widodo agar perilaku saling menghujat dan memfitnah dihentikan menunjukkan sikap pemerintah dalam merespons situasi dan kondisi sosial serta politik akhir-akhir ini. “Memang tidak dimungkiri bahwa momentum politik, yang sejatinya mengasah kedewasaan dan kematangan kita dalam berdemokrasi, belum sepenuhnya dipersepsikan dengan baik oleh beberapa komponen masyarakat,” ujar Ketua DPR Setya Novanto dalam keterangan tertulis, Rabu, 17 Mei 2016.
Menurut Setya, kebebasan bersuara dan berpendapat terkadang disalurkan dengan cara-cara yang kurang bijaksana sehingga menimbulkan keresahan dan kegelisahan di tengah masyarakat. “Jika ini terus berlanjut, tradisi kebangsaan dan keindonesiaan kita tampak hilang karena terjerumus dalam berbagai perbedaan. Tatanan luhur kemasyarakatan kita kehilangan jejak dalam situasi yang diwarnai ragam kepentingan,” ucapnya.
“Tentu kita tidak menafikan perbedaan. Kita pun tidak menutup mata atas ragam kepentingan. Namun mengelola perbedaan dan ragam kepentingan adalah ciri kedewasaan dan kematangan dalam berdemokrasi.”
Mengelola perbedaan dan ragam kepentingan, kata Setya, merupakan tantangan terbesar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini. “Memang tidak mudah. Perbedaan lebih mudah mendefinisikan kita satu sama lain dibanding persamaan dan kebersamaan,” katanya.
Namun demikian, tradisi luhur bangsa Indonesia telah mewariskan tentang sikap dan perilaku menghargai perbedaan dan menjadikannya sebagai kekuatan. “Nilai-nilai kebangsaan dan keindonesiaan kita tidak alergi terhadap perbedaan, tapi memakluminya sebagai realitas yang harus diterima dan dijadikan kekuatan dalam bingkai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia),” tuturnya.
Karena itu, Setya menyatakan akan mendukung segala langkah-langkah pemerintah dalam mengambil posisi yang tegas terhadap berbagai pihak yang mengancam keutuhan bangsa dan kedaulatan NKRI. Dia juga mendukung usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka merangkul seluruh kalangan yang berbeda, baik agama, suku, maupun ras, untuk senantiasa mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa dan tujuan bersama seluruh rakyat Indonesia.
“Terakhir, saya juga mengajak seluruh komponen bangsa dari berbagai lapisan masyarakat, profesi dan keahlian, serta berbagai posisi dalam status dan kedudukan, senantiasa memberi dan menularkan energi positif kepada sesama anak bangsa. Tanamkan benih-benih semangat toleransi dan persaudaraan sebagai sesama anak bangsa sehingga makna Bhinneka Tunggal Ika terpatri dalam ladang pikiran dan hati seluruh komponen bangsa ini. Energi itulah yang akan meminimalisasi hingga menghilangkan stigma-stigma dan persepsi-persepsi yang keliru dan tidak bertanggung jawab antara sesama masyarakat, sesama warga negara, dan sesama rakyat Indonesia,” ujarnya. (*)