Selalu terbuka dalam menerima masukan dan aspirasi, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon menerima audiensi dari dua organisasi secara berturutan, Rabu, 24 Mei 2017. Pertemuan pertama dilakukan dengan Asosiasi Ilmuwan Administrasi Negara (AsIAN ), kemudian langsung dilanjutkan audiensi bersama Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).
Dalam audiensi bersama AsIAN, Fadli menangkap tiga hal yang perlu digarisbawahi. "Saya menggarisbawahi tiga hal, yaitu kemiskinan, otonomi, dan perbatasan. Menurut saya, kemiskinan di Indonesia struktural. Terkait dengan hal ini, ke depan, kami akan follow up dan bekerja sama dengan Asosiasi," ujarnya.
Sedangkan saat audiensi dengan IKAPI, Fadli menyatakan pameran buku masih sangat relevan. "Walaupun sekarang banyak e-book, saya punya banyak buku konvensional. Sampai kapan pun, buku cetak itu penting, dan tentu perlu ada inovasi," ucapnya, yang mengaku memiliki perpustakaan pribadi di Bendungan Hilir, Jakarta, Depok, dan Sumatera Barat.
IKAPI menjelaskan, saat ini, kondisi sebagian industri buku masih terpuruk. Hal tersebut terindikasi dari kepesertaan book fair yang menurun. Terlebih, penerbit saat ini bersaing dengan pemerintah dalam mencetak buku. "Soal ini, mungkin perlu dibagi. Buku teks utama dicetak pemerintah dan yang tambahan dicetak swasta," kata Fadli.
Fadli berharap IKAPI memberi masukan terkait dengan Undang-Undang Sistem Perbukuan (Sisbuk). "Mungkin (Undang-Undang Sisbuk) perlu dikawal dengan peraturan pemerintah. Kalau bisa, IKAPI membuat kajian peraturan pemerintah dari Undang-Undang Sisbuk, yang nantinya saya sampaikan ke Komisi X DPR," tuturnya. (*)