Insiden tergelincirnya pesawat Sriwijaya Air di Bandar Udara (Bandara) Rendani Manokwari, Papua Barat pada 31 Mei 2017 menjadi sorotan Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sebagai respons, tim kunjungan kerja spesifik Komisi V DPR yang dipimpin Wakil Ketua Komisi V DPR Michael Watimena melakukan peninjauan langsung ke Bandara Rendani Manokwari, Papua Barat, Jumat 9 Juni 2017.
“Kami hadir ke sini tidak menyalahkan pihak maskapai atau Kementerian Perhubungan, tapi kami ingin tahu bagaimana peristiwa itu bisa terjadi. Ini sebagai bahan evaluasi dan ke depannya tidak ada lagi peristiwa seperti ini,” kata Michael.
Setelah melihat hasil video closed circuit television (CCTV), Michael mengatakan pesawat Boeing B737-300 milik maskapai penerbangan Sriwijaya Air tergelincir hingga mengalami over run atau keluar landasan. Hal itu diduga akibat mengalami patah as. Ditambah lagi, landasan pacu yang licin saat mendarat sehingga badan pesawat kehilangan keseimbangan lalu tergelincir sejauh 20 meter dari landasan.
“Masih banyak yang harus dipenuhi bandar udara tingkat provinsi ini. Contohnya, luas runway baru 2.000 meter. Sedangkan, penerbangan take off dan landing harusnya 2.250-2.500 meter,” tuturnya.
Politikus dari daerah pemilihan Papua Barat ini berharap Bupati Manokwari bisa bekerja keras setelah Lebaran tahun ini agar tidak ada lagi masyarakat yang menjadi korban dari sebuah keterbatasan fasilitas yang ada. Harapannya masyarakat bisa mendapat keamanan dan kenyamanan.
“Direncanakan tahun ini pembebasan lahan seluas 2.250-2.500 meter untuk penambahan runway menjadi tugas dan tanggunng jawab Pemda. Dengan demikian menjadi bandara ibu kota provinsi yang layak karena hanya di Rendani Manokwari saja yang jarak runway-nya pendek untuk tingkat provinsi sedangkan bandara lain sudah cukup,” katanya.
Bupati Kabupaten Manokwari Demas P Mandacan mengatakan kendala saat ini adalah pembebasan lahan. “Karena lahan ini sudah ada bangunannya kami harus hati-hati dan sosialisasi dengan baik agar masyarakat bisa menerima,” ucapnya. (*)