“Amblasnya jalan yang menjadi jalur akses penghubung ruas Tol Palembang - Indralaya (Palindra) pada 17 Juni 2017 merupakan kecerobohan dan kekeliruan yang tidak boleh terulang kembali,” ujar anggota Komisi V DPR RI Hamka B Kady. Hal ini diungkapkannya saat berdialog membahas persoalan tersebut dengan PT. Hutama Karya (HK) selaku kontraktor pelaksana dan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) di kantor Divisi Konstruksi PT. HK cabang Palembang Sumatera Selatan, Kamis 13 Juli 2017.
Menurut Hamka, perencanaannya tidak holistik atau tidak matang dan terlalu dipaksakan beroperasi. “Seharusnya dicari alternatif lain yang dapat digunakan untuk mengantisipasi momen Lebaran. Jangan terlalu dipaksakan untuk dapat segera digunakan. Ini suatu kejadian yang tidak terprediksi. Pengelola jalan tol tidak mempertimbangkan secara matang hingga kasus ini bisa terjadi,” tuturnya.
Hamka menyatakan bahwa yang menjadi sorotannya adalah masalah perencanaan yang tidak dilakukan secara benar. “Sebagian besar trase jalan Tol Trans Sumatera ruas Palembang - Indralaya ini berada pada lahan rawa yang memerlukan teknologi khusus agar jalan dapat dibangun dan tahan lama. Salah satu teknologi yang digunakan adalah dengan metode vacuum consolidation untuk mengurangi kadar air dan udara dari butiran tanah pada lahan tersebut,” jelasnya.
Namun hal itu tidak dapat dilakukan karena adanya badan jalan di bawah kabel saluran udara tegangan tinggi (SUTET) sepanjang 30 meter. Badan jalan ini tidak bisa ditanam PVD Vacuum saat proses perbaikan lahan rawa karena mengganggu fungsi SUTET dan membahayakan keselamatan pekerja konstruksi dari sengatan listrik tegangan tinggi. (*)