Tempo.Co

Aksesibilitas Wisata Dieng Belum Memenuhi Syarat
Senin, 24 Juli 2017
Kalau bidang pariwisata ingin dijadikan andalan penerimaan devisa negara, pemerintah harus bisa memenuhi unsur aksesibilitas, amenitas atau sarana penunjang, dan atraksi.

Perlu ada sinergitas antara Kementerian Pariwisata, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat terkait pengembangan destinasi wisata di kawasan dàtaran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara. Hal ini mengingat akses jalan saat ini masih belum memenuhi syarat sebagai destinasi pariwisata nasional.

Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Abdul Fikri Faqih saat meninjau Kompleks Candi Arjuna di Dieng, Jawa Tengah, Sabtu, 22 Juli 2017. "Jumlah wisman (wisatawan mancanegara) dan wisnus (wisatawan Nusantara) yang datang ke sini akan jauh dari target yang ingin dicapai kalau aksesibilitasnya masih seperti ini. Sehingga perlu didesak mengenai pengerjaan pembangunan jalan tol Jakarta-Semarang. Selain itu, harus difasilitasi akses jalan dari jalan tol menuju kawasan wisata strategis nasional," ucapnya.

Menurutnya, semua problematika yang dihadapi tersebut tidak akan menjadi suatu masalah jika semua pihak, dalam hal ini kementerian terkait, dapat duduk bersama. "Kalau ternyata memang kita banyak kendala, bisa juga melibatkan pihak swasta. Namun dengan catatan jangan sampai menimbulkan penilaian miring seperti yang pernah ada sebelumnya, yakni hal itu hanya akan membesarkan swasta dan masyarakatnya ditinggalkan tanpa mendapat manfaat apa pun," katanya.

Fikri mengatakan, kalau bidang pariwisata ingin dijadikan andalan penerimaan devisa negara, pemerintah harus bisa memenuhi unsur aksesibilitas, amenitas atau sarana penunjang, dan atraksi.

Adapun untuk kawasan wisata Candi Borobudur yang juga dikunjungi, Fikri menilai sudah ada perkembangan meskipun masih ada tuntutan dari badan pengelola kawasan candi tersebut. "Ke depan, peran masyarakat akan lebih diberdayakan. Misalnya, untuk mengelola home stay dan sebagainya. Jangan sampai ada lagi pandangan negatif yang mengatakan bahwa ada candi yang dijuluki sebagai salah satu keajaiban dunia, tapi masyarakatnya hanya menjadi tukang parkir dan pedagang asongan," tuturnya. (*)