“Banyak sekali keunikan dan kekhasan yang ada di Sumba yang bisa dijadikan obyek wisata, namun belum terekspos. Salah satunya Kampung Raja Praliu di Sumba Timur ini. Rumah adat yang berbentuk rumah panggung berdinding papan dan beratap rumbai-rumbai yang disusun menjulang tinggi,” ujar anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Anita Jacob Gah, saat Komisi X meninjau Kampung Raja Praliu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Senin, 31 Juli 2017.
Anita mengatakan dulunya obyek wisata ini merupakan tempat tinggal raja-raja di Sumba yang mana keasliannya masih terjaga dengan budaya dan nilai historis sangat tinggi. “Karena tidak terekspos sehingga belum banyak wisatawan yang datang ke tempat ini. Orang hanya tahu pariwisata NTT itu Flores dan Pulau Komodo,” tuturnya.
Sedangkan menurut Wakil Bupati Sumba Timur Umbu Lili Pekuwali, banyak potensi wisata alam yang tidak kalah dengan daerah lain. “Sebut saja, Pantai Nihiwatu yang sangat cantik untuk dijadikan tempat berlibur yang menyenangkan. Belum lagi, Pantai Tarembang yang sangat asik untuk surfing. Bahkan Sumba Timur juga memiliki budaya dan olahraga tradisional yang cukup menarik, yakni pacuan kuda. Tapi semua itu belum terekspos secara nasional, apalagi dunia,” ujarnya saat pertemuan dengan Komisi X DPR.
Senada dengan Anita, anggota Komisi X DPR, Junico Siahaan, mengatakan perlu keseriusan dalam mengelola potensi wisata di Pulau Sumba, khususnya Sumba Timur yang sangat luar biasa. Menurut Junico, perlu promosi-promosi khusus atau event-event untuk mendatangkan wisatawan. Misalnya, dengan mengambil seseorang yang terkenal (sebutlah artis) yang memiliki followers cukup banyak di media sosial untuk menjadi duta daerah tersebut. Nantinya dialah yang akan terus-menerus mengekspos foto-foto dan video tentang pariwisata daerah tersebut.
“Dan yang tidak boleh terlupakan adalah meningkatkan kesadaran berbudaya dan pariwisata masyarakat sekitar. Artinya, jangan lupa juga untuk mengekspos kuliner khas daerah tersebut. Sebab, sesungguhnya rasa itu tercipta tidak hanya dari mata, tapi juga mulut. Di sinilah, peran ekonomi kreatif untuk membuat makanan yang bisa dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan. Dengan koordinasi Kementerian Ekonomi Kreatif dan Dinas Pariwisata untuk promosinya serta dukungan serius dari pemerintah daerah setempat, saya yakin wisatawan akan banyak berdatangan dan pariwisata daerah ini akan sangat berkembang," tuturnya. (*)