Tempo.Co

Anggota Komisi VIII DPR Apresiasi Bimbingan Manasik Haji Sumsel
Jumat, 04 Agustus 2017
Anggota Komisi VIII DPR Apresiasi Bimbingan Manasik Haji Sumsel

“Manasik haji tidak sekedar membaca doa, tapi juga bagaimana implementasi pelaksanaan haji. Karena itu, kami harapkan ilmu dan keberhasilan provinsi Sumatera Selatan bisa menjadi contoh di tingkat nasional,” kata anggota Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Maman Imanul Haq, dalam pertemuan Komisi VIII dengan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin di Palembang, Senin, 31 Juli 2017. Menurutnya, bimbingan yang diberikan di Sumatera Selatan sangat baik.

Maman mengungkapkan sebagai rukun Islam kelima, ibadah haji harus memenuhi persyaratan isthitha’ah, baik secara fisik maupun materi. Bimbingan dalam manasik haji, kata dia, seharusnya tidak hanya sekedar bagaimana membaca doa yang baik dan benar, tapi lebih menekankan implementasi pelaksanaan haji.

“Termasuk hal-hal sederhana, seperti masuk kamar hotel. Sebab, kami menemukan banyak jemaah haji yang belum pernah masuk hotel, yang terkadang menimbulkan insiden kecil. Karena itu, diperlukan bimbingan lebih lanjut supaya para calon jemaah bisa tenang dan nyaman selama menjalankan ibadah haji,” tuturnya.

Sependapat dengan Maman, menurut Alex Noerdin, para calon jemaah haji (CJH) tidak hanya membutuhkan pembekalan materi, tapi juga teknis. Menurut Alex, pembekalan teknis yang diberikan kepada CJH mulai keberangkatan, pelaksanaan ibadah, hingga kepulangan, mengingat sebagian besar calon jemaah berasal dari daerah dan belum pernah naik pesawat.

“Bayangkan kalau pesawat berangkat pukul 6 pagi, ada 400 jemaah berebut delapan toilet. Di situlah kadang terjadi huru-hara,” ujarnya. Karena itu, dalam bimbingan manasik haji, dia menambahkan, CJH diajarkan bagaimana memasang seat belt, masker, pelampung, dan belajar menggunakan toilet di pesawat.

Selain bimbingan yang detail, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menyediakan fasilitas manasik, yakni Kabah dan lintasan Sa'i, Safa-Marwah, sepanjang 450 meter. Keduanya dibangun hampir sama dengan yang ada di Tanah Suci. Bahkan, saat ini, pemerintah setempat sedang membangun sebuah hotel syariah yang dilengkapi dengan restoran Timur Tengah berkonsep layaknya seperti hotel di Mekah. Transaksi pun akan menggunakan mata uang real. “Tujuannya, supaya masyarakat yang mau ibadah haji nanti paham makanan apa yang kira-kira cocok, harganya kisaran berapa, dan paling tidak bisa sedikit bahasa Arab,” ucapnya. (*)