Tempo.Co

DPR Minta Korsel Buka Saemaul Undong Training di Indonesia
Rabu, 04 Mei 2016
Hubungan Indonesia dan Korea ini sudah cukup jauh dan mendalam. Terbukti, selain kerja sama di bidang investasi, ekonomi, juga kerja sama di bidang pertahanan.

Saat bertemu Anggota Parlemen yang juga Ketua Asosiasi Persahabatan Anggota Parlemen Indonesia-Korea dan Ketua Komite Ekonomi Partnership Indonesia-Korea Ahn Hong-Jun, Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengusulkan agar Korea Selatan (Korsel) membuka cabang Saemaul Undong Training Center di Indonesia.

Menurut Fadli, pembukaan Saemaul Undong Training di Indonesia ini untuk memperkuat kerja sama ekonomi Indonesia dan Korea. Hubungan Indonesia dan Korea ini sudah cukup jauh dan mendalam. Tidak hanya sekarang, tapi di masa lalu juga. Terbukti, selain kerja sama di bidang investasi, ekonomi, juga kerja sama di bidang pertahanan. “Namun kerja sama di bidang lain juga perlu dilakukan, misalnya di bidang training melalui Saemaul Undong,” ujarnya kepada Ahn di ruang kerjanya, Gedung Nusantara 3, Komplek Parlemen, Senayan, Rabu, 4 Mei 2016.

Ini sangat penting bagi masyarakat Indonesia, khususnya para petani. Ini sebuah training yang sangat penting karena telah berhasil mengubah mindset orang Korea dari desa. “Mereka juga memiliki teknologi pertanian yang cukup bagus,” kata Fadli Zon 

Menanggapi usulan Fadli, Ahn berjanji akan meneruskannya ke Kemenlu Korea Selatan. “Sebagai Anggota Parlemen Korea, saya sangat punya perhatian besar ke Indonesia karena merupakan mitra penting bagi Korea. Jadi saya berharap kerja sama Indonesia dengan Korea ini bisa lebih erat lagi,” ujar Ahn.

Menurut Ahn, kerja sama Korsel dan Indonesia ini bisa lebih maju lagi melalui kombinasi sumber daya alam dan tenaga kerja Indonesia yang digabungkan dengan investasi dari Korsel yang lebih besar lagi. Ahn menjelaskan, perusahaan-perusahaan Korsel memiliki dua kelebihan dibanding negara-negara maju. Pertama, Korsel memiliki pengalaman untuk bangkit dari kemiskinan yang pernah dialami awal tahun 1970-an. “Jadi negara kami sudah paham menangani bagaimana memajukan negara untuk berkembang. Transisi teknologi Korsel juga lebih maju dari negara-negara maju,” kata Ahn.

Selain itu, Ahn juga melihat bahwa Korsel sangat kompeten dalam pembangunan infrastruktur. Dalam hal ini, Korsel memiliki kelebihan dibanding negara lain seperti Tiongkok. Menurut dia, Tiongkok itu membawa pimpinan, manajemen, dan buruhnya ke Indonesia.  Tapi setelah itu, mereka meninggalkan buruhnya di Indonesia, sehingga menyebabkan masalah sosial. “Kalau Korea, itu hanya bawa kalangan pimpinan dan manajemen saja. Untuk buruhnya, kita akan rekrut dari tenaga lokal,” ucapnya.

Mendengar ini, Fadli sangat mendukung. Menurut dia, memang tidak boleh buruh kasar asing masuk ke Indonesia. Hal ini mengingat para buruh di Indonesia juga membutuhkan pekerjaan. Selain itu, kata Fadli, manajemen juga harus ada transfer knowledge dan teknologi ke orang Indonesia.