Tempo.Co

Catatan Komisi IX pada Fasilitas Kesehatan Asrama Haji Banda Aceh
Kamis, 24 Agustus 2017
Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akan melakukan diskusi di DPR supaya kuota tenaga medis tidak mengambil kuota jemaah.

Kunjungan spesifik panitia kerja kesehatan haji Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ke embarkasi Aceh berhasil mengungkapkan bila Asrama Haji Banda Aceh belum memiliki poliklinik kesehatan. Padahal, poliklinik ini bertujuan menangani segala masalah gangguan kesehatan para jemaah calon haji setempat.

Kunjungan itu dipimpin Ketua Komisi IX DPR Dede Yusuf didampingi Wakil Gubernur Aceh Nova Iriansyah dan para pemangku kepentingan di Banda Aceh, Senin, 21 Agustus 2017.

Dari pengamatan Dede, secara umum, fasilitas kesehatan di Asrama Haji Embarkasi Aceh sudah cukup baik. “Ada beberapa catatan panitia kerja kesehatan haji Komisi IX dan akan dibahas nantinya di tingkat pusat bersama dengan pemerintah. Harapannya untuk penambahan tenaga medis, belum terlaksana tahun ini,” katanya.

Kekurangan tenaga medis ini, menurut Dedi, terjadi karena dipengaruhi faktor kuota jemaah haji. “Jika ingin ditambah, akan mengambil kuota jemaah. Nanti akan kami diskusikan di DPR bahwa tenaga medis jangan mengambil kuota jemaah, tapi diambil dari relawan. Artinya, relawan yang berangkat itu tidak naik haji," tuturnya.

Sedangkan Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Banda Aceh Nuryanto menyatakan pelayanan kesehatan haji di Aceh ini memiliki 15 dokter, tujuh perawat, enam tenaga pengendali risiko lingkungan, serta 10 tenaga administrasi dan sistem komputerisasi haji terpadu bidang kesehatan. Asrama haji setempat yang dijadikan embarkasi Aceh dilengkapi tempat pemeriksaan kesehatan, ambulance, juga kendaraan operasional.

“Dibutuhkan ruang kesehatan yang permanen untuk embarkasi dan debarkasi. Kemudian ruang tunggu jemaah sebelum pemeriksaan akhir serta penambahan toilet di tempat pemeriksaan akhir," ujar Nuryanto. Dari keterangan Nuryanto, terdapat total 4.393 jemaah haji embarkasi Aceh termasuk petugas, yang berangkat tahun ini. Rata-rata mereka berusia di atas 50 tahun dan 68 persen berisiko tinggi. (*)