Tempo.Co

Ketua DPR Bahas 3 Topik dengan Parlemen Turki
Kamis, 07 September 2017
Parlemen Indonesia mengadakan bilateral meeting dengan parlemen dari beberapa negara.

Di sela sidang World Parliamentary Forum on Sustainable Development yang diselenggarakan pada 6-7 September 2017 di Bali Nusa Dua Convention Center, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto mengadakan bilateral meeting dengan parlemen dari beberapa negara.

Didampingi Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen DPR Nurhayati Assegaf,  Wakil Ketua Komisi VII DPR Satya Yudha, serta Ketua Fraksi Partai Golkar Robert J. Kardinal, Setya melakukan pertemuan dengan parlemen Turki yang dipimpin Ahmet Aydin. Sebelumnya, ia juga telah melakukan pertemuan dengan parlemen Fiji dan Jordania.

Indonesia dan Turki tergabung dalam negara G-20. “Kami sepakat untuk terus bekerja sama dalam berbagai forum internasional, terutama di G-20, sehingga bisa mendorong perdagangan dunia yang memiliki dimensi keadilan,” kata Setya.

Khusus mengenai perdagangan Indonesia -Turki, parlemen Turki menginginkan peningkatan nilai perdagangan mencapai US$  10 milliar pada 2023. “Saya menyambut baik hal ini. Bahkan jika bisa, sebelum 2023 sudah terwujud. Untuk itu, kami sepakat melakukan komunikasi yang intensif untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang menghambat perdagangan kedua negara,” ucapnya.

Stabilitas politik dan ekonomi yang kini terjaga dengan baik membuat Indonesia lebih ramah kepada para investor. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai  5,01 persen. Jumlah itu di atas pertumbuhan ekonomi dunia, 3,5 persen. Indonesia berada di posisi tiga besar di kelompok negara G-20 bersama India (7,2 persen) dan Cina (6,6 persen). Berdasarkan survei Gallup World Poll 2017, 80 persen masyarakat Indonesia menaruh kepercayaan terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo. Karena itu, Turki tak perlu khawatir berinvestasi.

Selain membicarakan kerja sama ekonomi, parlemen Turki menyampaikan terima kasih serta apresiasi atas penyelenggaraan World Parliamentary Forum yang telah mengangkat isu etnis Rohingya. Turki juga memiliki konsen yang sama seperti Indonesia dalam menyikapi tragedi kemanusiaan yang dialami etnis tersebut.

Secara keras, parlemen Turki mengecam sikap negara barat yang selalu diam saat menyaksikan umat muslim di berbagai belahan dunia mengalami penindasan. “Karena itu, saya mengajak Turki untuk terus bersama dengan Indonesia berada di garis terdepan mewujudkan perdamaian dunia, bukan hanya atas nama solidaritas muslim, melainkan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.”

Parlemen Turki juga menyampaikan apresiasi atas keberhasilan dan track record Nurhayati di dunia politik. “Bagi Parlemen Turki, Ibu Nurhayati telah memberikan inspirasi kepada para wanita di dunia Islam. Kami berharap semakin banyak wanita di dunia Islam seperti Ibu Nurhayati,” ujar Ahmet. (*)