Tempo.Co

Masyarakat Distrik Seget Keluhkan Rusaknya Jalan Darat
Rabu, 20 September 2017
Masyarakat Distrik Seget Keluhkan Rusaknya Jalan Darat

Tim Pansus Angket Pelindo II DPR RI mengunjungi Distrik Seget, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat, yang jauhnya sekitar 50 kilometer dari Kota Sorong, Senin, 18 Septeber 2017. Untuk menjangkau daerah ini menggunakan jalur laut, memerlukan waktu 1-2 jam dari Kota Sorong. Sementara dengan jalur darat, dibutuhkan waktu 4-5 jam dari Kota Sorong. Namun saat ini jalur darat tidak bisa digunakan karena jalan terputus dan kondisi jalan masih tanah.

Tim Pansus Angket ingin melihat kondisi lokasi rencana pembangunan Pelabuhan Seget oleh Pelindo II, yang menggunakan dana global bond sebesar Rp 2,4 triliun. Masyarakat Distrik Seget memanfaatkan kunjungan Tim Pansus Angket ini untuk menyampaikan aspirasi, salah satunya perihal masalah jalan di daerah itu yang terputus.

Distrik Seget merupakan kawasan konsesi PT Petrochina, sebuah perusahaan pertambangan gas asing yang sudah berada di kawasan itu sejak 1971. Anggota Pansus Angket Pelindo II, Wahyu Sanjaya, yang juga anggota Komisi VI DPR RI, menyampaikan bahwa seharusnya ada perusahaan yang seharusnya bertanggung jawab atas infrastruktur jalan di daerah tersebut, apalagi karena jalan itu aktif digunakan.

Sementara anggota Pansus Angket Pelindo II, Anton Sukartono Suratto, yang juga Anggota Komisi V DPR RI, menyampaikan akan mengecek dulu status jalan tersebut, apakah masih milik swasta atau sudah dilimpahkan ke negara. “Tipe jalan itu ada tiga, yakni jalan kabupaten yang menjadi tugasnya bupati, jalan provinsi yang menjadi tugasnya gubernur, dan jalan nasional yang menjadi tugasnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Intinya, kita menampung aspirasi ini dan akan memperjuangkannya,” ujarnya.

Ketua Tim Kunjungan Kerja Spesifik Pansus Angket Pelindo II Jhon Kennedy Azis menyampaikan kondisi ini mengakibatkan Distrik Seget terisolir, karena jalur menuju Sorong hanya bisa ditempuh melalui jalur laut lantaran jalur darat tidak bisa. “Transportasi mereka ke Sorong dengan menggunakan kapal cukup mahal, yakni pergi-pulang Seget-Sorong mereka harus membayar sebesar Rp 1 juta,” ucapnya.

Dengan keterbatasan akses tersebut, penduduk kecamatan dengan populasi tiga ribu jiwa atau 600 kepala keluarga (KK) ini, lebih banyak menghabiskan waktunya di tempat tinggal mereka. Untuk memenuhi kebutuhannya, mereka berkebun dan melaut. “Kebetulan bapak-bapak dari pusat datang ke sini, kita menyampaikan aspirasi semoga bisa diperjuangkan,” kata Kepala Distrik Seget M. Pangala.

Dia juga mengatakan sudah berkali-kali mengajukan surat ke perusahaan gas yang ada di daerah tersebut untuk memperbaiki jalan di Distrik Seget, tetapi tidak ada respons. Menanggapi hal tersebut, Jhon mengatakan akan menyampaikan ke kementerian terkait agar segera membuatkan jalan untuk mereka. (*)