Industri kreatif yang dikelola secara tepat dan baik diyakini dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing, guna memicu tumbuhnya inovasi dan kreativitas serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan itu, diperlukan strategi khusus guna mewujudkan industri kreatif yang dapat menggairahkan perekonomian di daerah.
Dalam rangka itu, Tim Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dipimpin Ketua Komisi X Sutan Adil Hendra melakukan kunjungan kerja spesifik guna mendapat masukan dan aspirasi terkait dengan Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekonomi Kreatif ke Provinsi Sumatera Selatan.
“Pada dasarnya pengembangan Ekraf bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena itu Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dalam upaya ini, sebagaimana strategi dan arah kebijakan yang tercantum di dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Pemerintah Provinsi 2003-2018 diharap mampu menanggulangi kemiskinan sebagai prioritas pembangunan daerah,” katanya, di Griya Agung, Sumatera Selatan, Kamis, 12 Oktober 2017.
Sutan juga berpesan agar Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), agar dapat meningkatkan tradisi daerah yang sudah ada, seperti songket dan kuliner khas Sumatera Selatan, seperti pempek, dapat dikembangkan lagi secara kreatif dan bernilai ganda. "Kita ingin Bekraf itu ada untuk meningkatkan apa yang sudah ada lebih berkembang lagi. Bagaimana pengembangan ekonomi kreatif ke depan. Jadi, penekanan kami dari sisi politik, Komisi X kami minta Bekraf harus hadir di setiap langkah yang berhubungan dengan ekraf," ujarnya.
Senada dengan itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan Irene Camelyn Sinaga mengatakan, industri kreatif punya tujuan menyejahterakan masyarakat dan perluasan lapangan kerja, sehingga apa yang sudah ada di sini bisa dinaikkan lagi ratingnya.
"Dalam arti kualitas produk, packing dan sebagainya, diharapkan dapat menghasilkan dua kali lipat kesejahteraan yang sudah ada. Industri kreatif sudah ada tinggal bagaimana menaikkan levelnya dengan keuntungan yang ganda," ucapnya.
Di Sumatera Selatan, kuliner, fashion, kriya, dan seni pertunjukan, merupakan bidang ekonomi kreatif yang menjadi proritas pembangunan ekraf jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Bumi Sriwijaya ini, memiliki potensi kuliner yang beragam dan unik, di antara kuliner tersebut telah menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTB), yakni pempek dan kue bolu 8 jam. Di samping itu, terdapat kuliner khas lain, seperti pindang, lempok, rusip, tempoyak, dan bekasam.
Fashion di Sumatera Selatan memiliki potensi pengelolaan tekstil dengan produk, antara lain Songket yang sudah menjadi WBTB Indonesia, Jumputan, Blongsong, Tajung, Gebeng, dan Batik Palembang. Adapun kerajinan atau kriya khas Sumatera Selatan, antara lain perhiasan emas, kerajinan perhiasan perak, dan gerabah.(*)