Tempo.Co

Novanto Hadiri Peringatan Hari Santri Nasional di Probolinggo
Minggu, 22 Oktober 2017
Setnov 3

Setelah menempuh perjalanan darat sekitar empat jam lebih dari Kabupaten Malang, Ketua DPR RI Setya Novanto dan rombongan tiba di Kabupaten Probolinggo untuk menghadiri peringatan Hari Santri Nasional di Pondok Pesantren Syekh Abdul Qodir Al Jailani pada Minggu sore, 22 Oktober 2018.

Novanto datang bersama Bupati Probolinggo Puput Tantriana, Ketua Komisi II Zainudin Amali, Wakil Ketua Komisi IV Roem Kono, Wakil Ketua Komisi VII Satya Yudha, Wakil Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan yang juga Anggota Komisi III Adies Kadir, Anggota Komisi XI Misbakhun, Anggota Komisi VII Eni M Saragih, Anggota Komisi VIII Hasan Aminuddin, serta Staf Khusus Ketua DPR Yahya Zaini.

Novanto terlihat mengenakan kopiah dan sarung, ciri khas warga Nahdiyin. Novanto juga mendapatkan sorban tanda kehormatan dari pengasuh pondok pesantren KH Hafid Aminuddin. “Kehadiran saya di sini tidak semata karena kedudukan sebagai Ketua DPR, tetapi juga karena saya warga Nahdiyin. Beberapa bulan lalu saya mendapat kehormatan menerima Kartu Tanda Anggota NU yang diberikan langsung oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, sehingga sejak saat itu saya resmi menjadi warga Nahdiyin. Oleh karena itu, saya ingin selalu dekat dengan para ulama dan santri seperti pada hari ini,” ujar Novanto dalam sambutannya.

Menurut Novanto, peran kyai dan santri dalam perjuangan merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan mendapat tempat yang terhormat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itu, DPR RI mendukung Presiden Joko Widodo menetapkan setiap tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. “Kebijakan tersebut merupakan hadiah terindah dari Presiden Joko Widodo yang akan dikenang sepanjang masa oleh umat Nahdiyin,” kata Novanto.

 Pengakuan terhadap kiprah ulama dan santri tidak lepas dari resolusi jihad yang dikumandangkan oleh Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy’ari, yang saat itu sebagai Rais Akbar Nahdlatul Ulama pada 22 Oktober 1945 lalu. “Tanpa resolusi jihad NU tersebut, tidak akan pernah ada peristiwa 10 November di Surabaya yang diperingati sebagai Hari Pahlawan. Saya sangat bangga menjadi warga NU,” ujar Novanto. (*)