Dalam rangkaian peringatan hari Sumpah Pemuda, Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyelenggarakan pameran kujang dan keris Pasundan di lobi gedung DPR, Senayan, Jakarta. Pameran yang dibuka Wakil Ketua DPR Fadli Zon berlangsung pada 25-26 Oktober 2017.
Fadli mengatakan pameran ini merupakan bagian dari kepedulian DPR terhadap budaya Indonesia. Kujang serta keris adalah produk budaya masa lalu yang merupakan manifestasi dari cipta, rasa, dan karsa yang sarat dengan tatanan, tuntunan, juga tontonan yang dikemas secara simbolik.
“Kujang dapat dipandang sebagai visualisasi ide, norma, nilai dan etika, serta mencerminkan perilaku masyarakat. Dalam konteks itu, kujang merupakan refleksi perilaku yang mencerminkan karakteristik identitas masyarakat Sunda,” tutur Fadli.
Pameran ini, kata Fadli, sudah beberapa kali dilakukan. Dia berharap pameran keris dan kujang digelar dua kali dalam setahun di lingkungan DPR.
Sedangkan, dalam sambutan tertulisnya, Ketua DPR Setya Novanto mengatakan Indonesia kaya akan ragam budaya, suku, dan bahasa yang telah diakui dunia. “Karena itu, saya mengapresiasi semua bentuk aspirasi yang berkembang di setiap masyarakat,” katanya.
Penyelenggaraan acara ini merupakan sarana meneguhkan kembali semangat kepemudaan melalui gerakan pelestarian budaya kujang sebagai budaya Indonesia. Pada 2013, pemerintah juga telah menetapkan kujang sebagai Warisan Budaya Tak Benda Tingkat Nasional. Itulah sebabanya Setya berharap semua masyarakat turut melestarikan budaya nasional di era globalisasi dan serba modern ini.
Berbagai model kujang dan keris dipajang dalam pameran. Di antaranya kujang ciung yang merupakan interpretasi dari burung ciung yang diperkirakan berasal dari Sunda Pajajaran abad XIII yang teknik miring dengan motif Ilining Warih atau air mengalir, kujang naga (interpretasi naga), dan kujang bango (interpretasi burung bangau) dari Sunda Pajajaran abad X-XIII.
Pameran ini juga menampilkan keris dhapur semar mesem yang diyakini berasal pada masa Pajajaran abad XI-XV Masehi. Ada juga keris Kyai Bagus dari Cirebon, Keris Kyai Naga Luweng dari Sunda Majapahit, dan Keris Kyai Ngolan-olan dari Sunda Segaluh abad XI-XIV M. (*)