Tempo.Co

DPR Butuh Dikritik
Kamis, 23 Agustus 2018
Dalam lomba meme dan essay Kritik DPR, kepanitiaan berasal dari unsur civil society dengan Ketua Dewan Juri Effendi Gazali dan Ketua Panitia Iwel Wel, Nusantara II, di Gedung DPR RI, Kamis, 23 Agustus 2018. Foto (Tempo/Sukarnain)

INFO DPR - Sekitar 30 peserta komika yang terseleksi dari seratusan pendaftar tampil dalam babak penyisihan Stand Up Comedy ‘Kritik DPR’ di Gedung DPR, Kamis, 23 Agustus 2018. Ketua DPR Bambang Soesatyo mengatakan jika DPR sangat butuh dikritik. Lomba ini digelar untuk memeriahkan HUT ke-73 DPR RI pada Rabu, 29 Agustus 2018.

“Silakan kami dikritik, karena DPR RI sangat butuh kritik. Dengan kritik, kita bisa memulai perbaikan,” ucap Bamsoet. 

Ketua Dewan Juri Lomba ‘Kritik DPR’ Effendi Gazali mengatakan kritik kepada wakil rakyat ini juga sebagai pembuktian bahwa walaupun ada Undang-Undang MPR, DPR, DPRD, dan DPD (UU MD3), DPR bersedia dikritik di ‘rumah’ sendiri.  

“Walaupun UU MD3 mengubah beberapa pasal oleh MK tetapi ini tetap saja harus ada jalan untuk menunjukkan bahwa kritik itu memang perlu di DPR,” ucap Effendi.

Selain pertimbangan itu, lomba kritik ini memang perlu karena masa kini kritik terhadap eksekutif agak sulit dilakukan terutama sejak pemilihan umum presiden pada 20 Mei 2014. 

“Pada waktu itu Pemilu Presiden cuma dua kubu. Kalau kita kritik yang satu, pasti dituduh bagian dari yang lain. Jadi agak sulit mengkritik eksekutif sampai pada hari ini. Coba, kita mengkritik pemerintah sekarang, dianggap 'orang' Prabowo,” ucap Effendi.

Sementara itu, situasi tersebut berbeda jika terjadi di legislative. Lantaran tidak ada kubu dan semua kebijakan bisa langsung dikritik.

Effendi berharap, dengan langkah awal terbuka kritik terhadap legislative, ke depan kesempatan untuk mengkritik eksektif juga dapat dilakukan secara terbuka oleh masyarakat. Dan tidak hanya itu, harapannya kelak Lomba Kritik DPR ini dapat menciptakan tradisi baru DPR Indonesia.

“Kita bikin tradisi baru, misalnya di setiap sesi persidangan mau dibuka, dibuka juga dengan stand up comedy. Dan orang-orang jadi ingat kalau di DPR Indonesia sebelum sesi persidangan dibuka ada kritik dulu. Hanya saja, kegiatan ini tentu harus berlanjut,” katanya.

Lebih lanjut Effendi mengatakan jika penilaian pemenang Lomba Kritik DPR ini dilakukan dari kerjasama civil society. Walaupun disampaikan dengan mimik dan ide yang lucu, kritik yang disampaikan akan menjadi catatan dan menjadi rekomendasi selama enam bulan hingga satu tahun untuk disampaikan kepada DPR.

Lomba ini dibagi tiga kategori yaitu lomba meme dengan juri Pengajar dari Universitas Indonesia Bambang Wibawanta, Effendi Gazali dan komedian Cak Lontong, essai (Pengamat Politik Siti Zuhro, Pakar Manajemen Martani Huseini dan Bambang Wibawanta) dan stand up (Cak Lontong, pelawak Iwel Wel).

Pemenang yang lolos babak penyisihan akan mengikuti final 29 Agustus. Best of the best akan mendapat sepeda motor dan uang tunai Rp 10 juta, juara kedua mendapat uang tunia Rp 7,5 dan peserta dengan peringkat ketiga menerima Rp 5 juta dari dana pribadi Bambang Soesatyo. (*)