Tempo.Co

Jokowi dan Prabowo, Negarawan Pembela Merah Putih
Kamis, 30 Agustus 2018
Diskusi Dialektika Demokrasi kali ini membahas tentang 'Pelukan Jokowi-Prabowo Bakal Dinginkan Suhu Politik?'. Diskusi digelar di Gedung DPR, Kamis, 30 Agustus 2018.

INFO DPR - Kemesraan Presiden Joko Widodo selaku calon presiden dari petahana dengan saingannya calon presiden Prabowo Subianto menimbulkan kegembiraan masyarakat. Dalam diskusi Dialektika Demokrasi di Gedung DPR, Kamis, 30 Agustus 2018, 'Pelukan Jokowi-Prabowo Bakal Dinginkan Suhu Politik?' dibahas oleh narasumber yaitu Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI TB Ace Hasan Syadzily (Ketua DPP Partai Golkar), Wakil Ketua Komisi II DPR RI  Ahmad Riza Patria (Ketua DPP Partai Gerindra) dan Pakar Komunikasi Politik Universitas Jaya Baya Lely Arrianie.

Menurut Ace, siapapun, apalagi elit politik, ketika berhadapan dengan negara lain, harus bersatu demi kebesaran Merah Putih. Maka dia menilai pelukan Presiden Jokowi dan Ketum Gerindra Prabowo Subianto ini bukti keduanya bersatu sebagai negarawan saat membela Merah Putih.

“Apalagi dalam suasana politik yang mulai memanas meski kampanye belum dimulai. Pelukan kedua tokoh tersebut menyejukkan suasana dan membuat rakyat gembira luar biasa,” ucap Ace.

Pertemuan mesra Jokowi – Prabowo tersebut sekaligus menyingkirkan kepentingan politik masing-masing, mengingat suksesnya penyelenggaraan Asian Games 2018 ini merupakan suksesnya bangsa Indonesia.

Prestasi Indonesia yang berada di peringkat ke-4 Asia dengan memperoleh 30 medali emas ini memberikan bukti bahwa Indonesia sudah mulai dan sejajar dengan negara-negara maju, khususnya di Asia.

“Hal itu bisa kita lihat sejak pembukaan Asian Games di GBK yang mendapat sambutan positif rakyat Indonesia, dan dunia yang menyebutnya sebagai pembukaan yang spektakuler. Untuk itu, semua harus bersatu demi suksesnya penyelengaraan, sukses prestasi dan sukses ekonomi,” ucap dia.

Hal senada juga dikemukakan Riza. Menurutnya Indonesia bersyukur bahwa 2018 menjadi tuan rumah satu perhelatan besar olahraga internasional se-Asia. Dari target 10 besar, Indonesia berhasil menempati peringkat empat besar.  

Sementara itu menurut Lely, momen seorang Hanifan berhasil merangkul keduanya, menarik lengang bapak Jokowi untuk mendekat,  “Saya ingin mengatakan saya sempat menangis, saya katakan nice picture, nice moment, nice gesture dan nice personality”.

Menurut Lely, peraih emas pada cabang olahraga pencak silat, Hanifan, hanya seorang informan yang memiliki kesempatan luar biasa untuk bisa menyatukan kedua tokoh itu dalam pelukan. Tidak semua orang bisa melakukan hal seperti Hanifan. Panggung politik itu persis seperti Teori Dramaturgi Erving Goffman.

“Panggung politik depan itu adalah sebuah wilayah panggung di mana perilaku tidak layak dilarang tampil ke permukaan, inilah yang terjadi,” ucap dia.

Maka, kata Lely, patut disyukuri jika pencak silat itu oleh dikomandoi oleh Prabowo sebagai ketua umum. "Kalau seandainya ketua umumnya bukan Prabowo belum tentu dia hadir," katanya. (*)