INFO DPR - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengatakan, debat calon presiden (capres) adalah metode kampanye yang paling memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mengetahui kualitas dan kapasitas orang yang akan memimpinnya. Karena itu, dikatakan Fahri, alangkah lebih baik kalau intensitas debat presiden diperbanyak dari daerah-daerah dalam kurun waktu selama kampanye, sejak enam hingga tujuh bulan ini.
“Setidaknya, semua pulau-pulau besar terwakili dengan adanya debat. Misal di Papua, di Sumatera mungkin bisa dua kali, di Jawa bisa dua kali, di Kalimantan, di Bali dan Nusa Tenggara atau Sunda Kecil, di Maluku,” kata Fahri secara tertulis Sabtu, 15 September 2018.
Fahri menyampaikan ini, terkait adanya polemik soal perlu tidaknya para kandidat capres yang akan bertarung pada Pilpres 2019, menggunakan bahasa Inggris saat melakukan debat nanti.
Melanjutkan pernyataannya, Fahri berpendapat, kalau misalnya sekali-sekali di dalamnya ada percakapan dengan bahasa asing, tidak masalah. Sebab, penggunaan bahasa asing itu, tidak terlalu penting dan tidak harus khusus.
“Saya kira tak ada masalah. Yang penting dari semua itu adalah keterlibatan rakyat untuk mengetahui secara lebih luas kemampuan daripada kandidat itu, jauh lebih penting dari pada yang lain-lain. Dan itu yang harus difasilitasi oleh KPU,” ucap Fahri.
Sebab menurut Fahri, terpenting dalam debat itu tema-tema yang dalam dan spesifik, supaya menjelaskan kepada rakyat semuanya, apakah pemimpin ini mengerti nasib rakyatnya di daerah-daerah itu secara lebih detail. (*)