Tempo.Co

Saatnya Museum Menjadi Penggerak Ekonomi
Senin, 17 September 2018
Rapat dengar pendapat Komisi X dengan Asosiasi Museum Indonesia, Nusantara I, di Gedung DPR RI, Senin, 17 September 2018. Foto (Tempo/Sukarnain)

INFO DPR - Anggota Komisi VI DPR RI Sartono berpendapat jika pariwisata dan museum dapat menjadi leading sector penggerak ekonomi. Hal ini disampaikannya ketika bertukar pikiran dalam Rapat Kerja dengan Komisi X DPR RI dan Asosisasi Museum Indonesia (AMI), di Ruang Rapat Komisi X, Senin 17 September 2018. 

Sartono memahami jika sejumlah pihak berharap museum akan menjadi tujuan tourism. Namun, untuk mencapai itu, akan bermuara pada persoalan sumber daya manusia (SDM) dan leadership masing-masing pemda. Sebab, setiap pemda perlu mengalokasikan dana APBD dan menempatkan museum sebagai new destinasi adalah sebuah lompatan besar.

Dengan dengan kondisi real saat ini, untuk mengenalkan museum tidak dapat lagi dilakukan secara konvensional atau diam di tempat melainkan harus dikemas dengan baik misalnya dipromosikan di mall-mall dengan menyiapkan ruangan khusus, etalase sebagai representasi museum. Jika upaya itu dilakukan, membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

“Hal itu harus menjadi mainset dan karakter di daerah. Dan secara nasional hal ini akan didorong ke pemerintah pusat namun tidak bisa case to case tetapi berkelanjutan dan sistematis. Dan jika urusan ini ditarik ke presiden, harus ditangani dalam jangka menengah, jangka panjang. Kemudian tidak bisa terputus antara pemerintah maupun swasta,” tutur Sartono.

Namun demikian, menurut Sartono, untuk  mencapai target 20 juta orang wisatawan tidak hanya menghitung secara kuantitas namun tetap harus melihat kualitas dan spending yang dihabiskan di Indonesia. Sebab, menurutnya banyak turis yang tidak real sebagai tourism.

“Saya pikir ini kita harus diangkat ke level nasional dan presiden harus konsen karena dana pariwisata triliunan anggarannya. Tetapi saya sampaikan jika pariwisata itu tidak hanya aksi mendatangkan turis melainkan membangun destinasi baru seperti museum,” katanya.

Dalam rapat yang dipimpin Anggota Komisi X Putu Supadma Rudana itu, Pengurus Museum Sepeda di Banten, Fauna S Prayoga menceritakan buruknya perhatian pemerintah Banten dalam mempertahankan museum yang selama ini menjadi sumber informasi budaya Banten. Dari 20 museum yang ada di Banten, baru sembilan diantaranya yang bisa didata.

“Walaupun sembilan museum terdata, namun kondisinya bagai hidup segan mati tidak mau. Sebab di Banten, museum itu bukan dibina, tetapi dibinasakan. Seperti Banten Girang, saat ini di atas peninggalan itu sudah dibangun perumahan,” katanya. 

Kendati pemerintah minim perhatian, Fauna mengatakan jika saat ini pengelola museum masih  berusaha sekuat tenaga agar museum di Banten menjadi sebuah edukasi dan wisata. Museum-museum yang masih bisa dijaga, dijadikan  sebagai sumber wawasan pengetahuan dan pengalaman kepada siswa, mahasiswa dan masyarakat yang dibuka secara gratis dengan usaha sendiri. (*)