INFO DPR - Wakil Ketua Komisi V Sigit Sosiantomo mengatakan kereta api perkotaan atau transportasi berbasis rel dipastikan dapat mengatasi kemacetan perkotaan. Dikatakan Sigit di sela-sela Rapat Kerja dengan jajaran Kementerian Perhubungan di Gedung DPR, Selasa 18 September 2018, kondisi angkutan umum yang ada selama ini khususnya di ibukota Jakarta tidak optimal pelayanannya. Pelayanan transportasi umum Jabodetabek kurang optimal ini dilihat dari sisi keselamatan, keamanan, kenyamanan, ketepatan waktu, tidak terjadwal dan perawatan armada yang belum optimal. Persoalan transportasi itu membutuhkan service recovery atau pemulihan pelayanan.
Solusi pemerintah daerah menerapkan metode ganjil genap bagi pengguna angkutan pribadi sesuai penanggalan di kalender dinilai Sigit tidak optimal. Sementara di sisi lain, angkutan umum masih minim jumlah dan pelayanan.
Oleh karena itu, menurut Sigit, kereta api, kereta rel listrik, Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rail Transit (LRT) adalah solusi terbaik mengatasi kesemerawutan dan kemacetan di perkotaan.
“Seharusnya kereta api diperbanyak untuk mengcover angkutan di ibukota agar tidak macet,” katanya.
Hal senada juga dikatakan Anggota Komisi V Neng Eem Mahamah Zulfa Hiz. Kendati angkutan massa KRL sudah dikenal lama, dia berharap angkutan itu tetap dioptimalkan dan dikembangkan menjadi lebih modern dan terkoneksi seperti LRT dan MRT. Dengan demikian angkutan massa di perkotaan menjadi lebih efektif dan efisien.
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek menyebutkan jika pada 2016 total perjalanan bodetabek ke DKI mencapai 1, 419 perjalanan setiap hari. Dari jumlah itu, sebanyak 18,4 juta unit atau 74 persen dilakukan oleh sepeda motor, kendaraan pribadi 5,9 juta unit atau 24 persen dan angkutan umum 512 ribu unit atau hanya 2 persen.
Oleh karena itu, secara strategis BPTJ pada 2019 mengoptimalkan pengembangan sistem transportasi berbasis rel. Pagu anggaran untuk itu senilai Rp 23,035 miliar yang alokasinya antara lain untuk penyusunan pedoman penyelenggaraan stasiun kereta api dan LRT di Jabodetabek, studi trase LRT Cibubur-Baranangsiang-Kota Bogor. Kemudian, dari KPBU, prioritas dilakukan pada pengelolaan stasiun (Bekasi Timur – Tambun – Cibitung – Cikarang – Palmerah – Kebayoran Lama – Serpong – Maja) dan pembangunan MRT Koridor Barat – Timur (Tangerang – Jakarta – Bekasi).
Keterlibatan pihak swasta difokuskan pada lanjutan pembangunan LRT Koridor Bekasi Timur – Cikarang, lanjutan pembangunan LRT Koridor Cibubur – Bogor, ekstension LRT Lebak Bulus – Tangerang dan pembangunan LRT di tiga koridor. Ketiga koridor itu yakni Karawaci – Sultan Agung (koridor 1), Bumi Serpong Damai (BSD) – Bandara Soekarno Hatta (koridor 2) dan Bandara Soekarno Hatta – Bandara Halim Perdanakusuma (koridor 3). (*)