Tempo.Co

Perhatian Bagi Pemberdayaan Pemuda Masih Minim
Kamis, 27 September 2018
wakil ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian akan mendorong pengaturan manajemen supporter olahraga khususnya sepakbola.Nusantara III, di Gedung DPR RI, Kamis, 27 September 2018. Foto (Tempo/Sukarnain)

INFO DPR - Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjafudian mengatakan jika selama ini porsi perhatian bagi pemberdayaan kepemudaan lebih sedikit jika dibandingkan kepada olahraga. Dikatakan Hetifah di Gedung DPR, Kamis, 27 September 2018, kecilnya perhatian negara pada pemuda dilihat dari alokasi anggaran yang ada di Kementerian Pemuda dan Olahraga. Perhatiannya ini mengemuka setelah seorang anak belia pendukung klub sepak bola Persija, Haringga Sirla (23) meninggal di Gelora Bandung Lautan Api, Minggu, 23 September 2018.

“Mungkin selama ini kita mengedepankan olahraga tapi kurang perhatian pada pemuda. Hal-hal sportivitas harusnya menjadi keluaran program kepemudaan. Berarti ada sesuatau yang salah dan kelalaian. Mungkin kami di DPR juga abai pada aspek yang lain,” kata Hetifah.

Menurutnya diperlukan pembinaan kepada supporter untuk mencegah terjadinya sikap yang mengandung kekerasan ketika mendukung idolanya. Konsep pembinaan supporter memang menjadi tugas pendidikan karakter dalam arti luas.

“Kami mengkritisi Kementerian Pemuda dan Olahraga, bahwa perhatian di kepemudaan itu minimalis sekali. Kegiatan untuk membangun karakter pemuda dengan segala potensi yang mereka miliki dengan anggaran segitu seharusnya menghadirkan sumber daya manusia yang bernilai di negara kita,” ucap Hetifah.

Dia juga menyoroti bagaimana kurikulum, pendidikan dan tantangan Revolusi Industri 4.0 membuat anak-anak belajar dengan baik. Konsep membangun karakter belum tentu cukup dilakukan Kemenpora. Seharusnya ini menjadi tantangan seluruh pihak terutama kementerian karena mempunyai kewajiban untuk mendidik agar tidak  memiliki toleransi pada kekerasaan.

“Kendati dengan biaya yang besar dan cara apapun, kita tidak ingin generasi ke depan memiliki kebiasaan toleransi pada tindak kesehatan, itu tidak boleh,” katanya Hetifah.

Namun, Pengamat Sepak Bola Agustinus Edy Permana menilai jika pembinaan supporter adalah tanggungjawab klub. Klub sepak bola harus melakukan pembinaan pendidikan karakter pada supporternya masing-masinng.

"Saya rasa akan lebih efektif jika klub yang memberikan edukasi bahwa dukungan pada pemain dilakukan tanpa kekerasan," ujarnya.

Kemenpora, menurut Agustinus belum terlalu efektif menurunkan pemahaman secara hirearkis dari korwil kepada grassroot. Pesan damai dan kontrak damai itu tidak sampai hingga ke pendukung di bawah. (*)