Tempo.Co

Nelayan di Kepri Kekurangan Benih Ikan
Jumat, 02 November 2018
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Daniel Johan bersama tim meninjau Balai Budidaya Laut Batam, Pulau Setokok, Kepri, dalam rangka Kunjungan Kerja Reses, Jum`at, 2 November 2018. Foto Dok. DPR

INFO DPR - 

INFO DPR - Para nelayan di Pulau Setokok, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) kekurangan benih ikan. Selain sulit mendapatkannya, harga beli benih juga tinggi. Bahkan kualitasnya tidak sebaik yang dihasilkan Balai Budidaya Laut Batam. 

Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi IV DPR RI yang dipimpin Wakil Ketua Komisi IV Daniel Johan mengatakan jika benih ikan berkualitas menjadi kebutuhan penting bagi para nelayan. 

“Balai Budidaya Laut di Batam ini bukan hanya menghasilkan benih ikan untuk Batam dan sekitarnya, tapi bahkan hingga Sumatera dan Kalimantan,” kata Daniel di Balai Budidaya Laut Batam, Pulau Setokok, Kamis, 1 November 2018.

Balai Budidaya Laut di Kepri memiliki target melakukan ekspor 360 ton benih ikan setiap bulan. Namun, target itu jauh dari harapan. Bahkan ekspor yang dilakukan tidak mampu meraih 20 persen dari target, karena masih kekurangan benih.

“Ke depan, Komisi IV DPR berharap Balai Budidaya Laut ini bisa dikembangkan di sejumlah daerah di Indonesia. Sehingga para nelayan budidaya semakin berkembang. Yang paling penting adalah bagaimana kita bisa mengurangi defisit anggaran dan meningkatkan devisa melalui sektor perikanan,” ujar Daniel.

Komisi IV mendorong agar sejumlah pemerintah daerah mengajukan titik-titik yang dapat menjadi pusat pembudidayaan benih. Sehingga nelayan di Indonesia tidak hanya bergantung pada Balai Budidaya Laut di Batam saja. 

“Minimal ada pusat budidaya benih yang dapat mewakili satu pulau,” katanya.

Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya laut yang cukup besar, khususnya di sektor perikanan. Sektor perikanan di Indonesia berperan dalam peningkatan devisa negara. 

Pertumbuhan nilai ekspor produk kelautan dan perikanan menjadi salah satu perhatian utama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun lalu, nilai ekspor produk perikanan naik menjadi 8,12 persen dari 3,78 miliar dolar AS pada 2016 menjadi 4,09 miliar dolar AS pada 2017.

“Ketika perekonomian Indonesia sedang ambruk, yang menyelamatkan devisa negara, salah satunya adalah sektor perikanan, karena ekspornya sangat meningkat. Hal tersebut dapat menjadi evaluasi bagi pemerintah, agar Indonesia dapat menjadi eksportir terbesar di dunia dalam sektor budidaya perikanan,” ucap Daniel. (*)