Tempo.Co

Ini Peran Pahlawan Nasional Kasman Singodimedjo
Selasa, 13 November 2018
Anggota Komisi I DPR RI Ahmad Basarah mengatakan bahwa generasi saat ini seharusnya mengambil 'api perjuangan' pendahulu bangsa, bukan 'abu perjuangan, Selasa, 13 November 2018. Foto Tempo/Sukarnain

INFO DPR - Pemberian gelar Pahlawan Nasional, yaitu tokoh perjuangan kemerdekaan kepada Kasman Singodimedjo oleh Presiden Joko Widodo seharusnya menjadi momen penting bagi generasi muda untuk menghargai jasa pahlawan Indonesia. Dikatakan Anggota Komisi I DPR RI Ahmad Basarah di Gedung DPR, Selasa 13 November 2018, Kasman adalah 'jembatan' yang menghubungkan para tokoh Islam Indonesia pada awal era kemerdekaan untuk mengubah sila pertama pada Pancasila.

Diceritakan Ahmad Basarah, peristiwa bersejarah itu terjadi ketika Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 18 Agustus 1945 baru akan dimulai. Kasman mengambil inisiatif memfasilitasi Bung Hatta sebagai Wakil Ketua PPKI untuk melobi tokoh-tokoh Islam agar bersedia mengubah tujuh kata yang ada dalam Piagam Jakarta. Di mana dalam alinea keempat Rancangan Pembukaan UUD 1945, di sila-sila Pancasila, terutama di Sila Pertama adalah Sila Ketuhanan dengan Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluk-pemeluknya.

Kemudian, demi persatuan bangsa Indonesia, karena ada pendapat dari tokoh-tokoh bangsa khususnya dari Indonesia Timur yang bukan beragama Islam, bahwa kalau konstitusi Indonesia hanya mengatur satu agama saja, maka golongan masyarakat lain tidak terwadahi dalam konstitusi Indonesia merdeka.

Isi konstitusi itu bisa membahayakan persatuan Indonesia yang baru diproklamasikan satu hari. Bung Hatta kemudian mengambil inisiatif, lalu melobi dan mengubah tujuh kata yang ada dalam Piagam Jakarta. Dan dari peristiwa itu, yang menjadi jembatan dengan tokoh-tokoh Islam adalah Kasman Singodimedjo sehingga tercapai kesepakatan mengubah tujuh kata dalam Piagam Jakarta.

"Jasa itu membuat Sila Pancasila kita hari ini berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Salah satu orang yang berperan adalah Pak Kasman Singodimedjo," kata Ahmad Basarah.

Dari peristiwa sejarah itu, Ahmad Basarah berharap agar bangsa Indonesia  harus membiasakan diri untuk mengambil 'api perjuangan' para pendahulu. "Jangan mengambil 'abu'-nya. Kita hikmati apa jasa para pahlawan terdahulu, hikmah dari suri teladan terdahulu. Saya kira sudah lelah bangsa ini dicekoki dengan propaganda melihat sisi keburukan para pendahulu bangsa kita," tutur Ahmad Basarah.

Dengan demikian, generasi muda Indonesia mempunyai tokoh dari bangsa sendiri. Bukan mencari idola dari bangsa lain, atau dari tokoh wahabi, atau tokoh LGBT yang belum tentu menjadi suri teladan dari pemimpin dunia yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Menurut Ahmad Basarah, penganugerahan gelar pahlawan pada mereka yang telah berjuang bagi kemerdekaan Indonesia adalah momen yang dilakukan Presiden setiap tahun sejak era reformasi. (*)