Tempo.Co

DPR Mendukung Pendidikan Moral Pancasila di Sekolah
Rabu, 28 November 2018
Anggota Komisi VIII Choirul Muna berharap pendidikan pancasila kembali masuk dalam mata pelajaran siswa, Nusantara II, di Gedung DPR RI, Rabu, 28 November 2018. Foto Tempo/Sukarnain

INFO DPR - Pendidikan Moral Pancasila atau PMP akan diajarkan lagi di sekolah-sekolah. Anggota Komisi VIII Choirul Muna di Gedung DPR, Selasa, 27 November 2018 menilai jika penguatan Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memang harus diberlakukan di masyarakat dan di sekolah-sekolah. Apapun penamaan yang diberikan, apakah itu PMP seperti sebutan mata pelajaran anak sekolah di era Orde Baru atau dengan sebutan lain.

Penguatan ini penting. Choirul Muna mengakui jika beberapa tahun terakhir ini radikalisme di masyarakat seakan dibiarkan. Oleh karena itu, dia khawatir, apabila Pancasila sebagai dasar negara tidak didengungkan, maka akan ada penyusup yang memberi hasutan untuk menghancurkan bangsa yang sudah dibangun oleh para founding fathers.

“Kalau masalah Pancasila tidak selalu didengungkan sebagai dasar negara kita, nanti ada lagi orang yang menyusup dan mendengungkan bahwa kita beragama islam kita harus punya dasar negara islam. Ini kan kacau. Kita sudah sepakat, ulama sejak dulu juga mengatakan pancasila adalah finally untuk negara kita,” kata Choirul Muna.

Dan, untuk menyusun metode penyampaian pendidikan moral Pancasila, menurut Choirul, ini ranah Kementerian Pendidikan. Sebab, tugas pokok dan fungsi Kementerian Pendidikan adalah bagaimana mencetak orang, sementara Kementerian Agama mengurusi akhlak dan tata cara ibadah.

Kendati demikian, Choirul Muna mendukung apapun namanya, asalkan penguatan untuk Pancasila, apakah itu PMP atau Pendidikan Kewarganegaraan.

“Saat ini sudah waktunya untuk kembali,” katanya.  

Sementara itu di Gedung DPR, Rabu, 28 November 2018, Ahmad  Riza Patria pun menyambut baik rencana mengembalikan pendidikan moral Pancasila.  

“Saya dulu belajar PMP, dan itu baik,” katanya.

Riza pun sependapat agar pendidikan yang telah lama hilang itu saatnya dikembalikan. Kendati tidak dengan sebutan sama, namun secara substansi pengajaran itu mengandung muatan pendidikan moral dan Pancasila.

“Silakan apalah nanti namanya PMP atau lainnya supaya anak-anak kita terbiasa. Saya dulu setiap hari baris, setiap Senin upacara, membaca Pancasila setiap hari di kelas, sekarang tidak seperti itu,” katanya yang mengakui jika menghafal butir-butir Pancasila dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Jika pendidikan ini dikembalikan ke sekolah-sekolah, Riza berharap kurikulum yang sudah ada disesuaikan, bukan diganti. (*)