Tempo.Co

Menakar Debat Capres Dalam Meraih Suara
Kamis, 14 Maret 2019
Diskusi dialektika demokrasi kali ini bertajuk " Menekar Efektivitas Debat Capres dalam Meraih Suara " di gedung DPR RI. Kamis,14 Maret 2019.

INFO DPR - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menilai debat capres dan cawapres 2019 tidak akan substantive dan menjawab keingintahuan masyarakat secara keseluruhan. Sebab, Komisi Pemilihan Umum (KPU) dianggapnya telah mereduksi kesempatan dan hak rakyat untuk mengetahui seluruh isi kepala pada candidat presiden dan wakil presiden. KPU, kata Fahri belum professional  mengelola debat agar efektif.

Dalam diskusi Dialektika Reformasi bertajuk ‘Menakar Efektivitas Debat Capres dalam Meraih Efektivitas Suara’ di Gedung DPR, Kamis,14 Maret 2019, Fahri menilai, KPU seakan-akan menjadikan debat capres-cawapres ini seperti cerdas-cermat anak sekolah yang teori jawabannya sudah dipelajari. Padahal seharusnya, perdebatan terjadi secara terbuka dan blak-blakan.

“Kita ingin perdebatan in terjadi secara natural dan intens,” ujarnya.

Perdebatan pilpres ketiga akan digelar pada 17 Maret 2019. KPU berencana menggelar debat ketiga itu di Hotel Sultan, Jakarta Pusat. Perdebatan ini akan menghadirkan dua cawapres yakni Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno.

Fahri melihat, pada kesempatan ini perdebatan cawapres tentu akan menarik. Sebab, dua orang cawapres ini memiliki latar belakang perbedaan yang sangat ekstrim. Ma’ruf Amin dikenal sebagai orang tua sekaligus tokoh agama dari NU, sementara Sandiaga Uno yang jauh lebih muda dikenal milenial dan pengusaha.

Sementara itu, Anggota Komisi VI DPR RI Eriko Sotarduga yang juga menjadi narasumber dalam diskusi ini menilai debat capres dan cawapres ini tidak dapat menjamin perolehan suara. Dia sepakat dengan Fahri Hamzah jika ada kebebasan dalam perdebatan ini.  Selain itu dia berharap debat pilpres ketiga lebih banyak mengambil peran masyarakat. Masyarakat diberikan kesempatan bertanya, tentunya dengan pengaturan yang dibuat KPU.

“Tentu bisa dibuat caranya apakah dari 100 pertanyaan masyarakat,  berapa yang harus disampaikan, itu bisa dibuat, dilakukan dan disampaikan sehingga pada saatnya debat itu, ini menarik bagi masyarakat semua,” ujar Eriko.

Sementara itu Pengamat Politik CSIS Arya Fernandes mengatakan bahwa seharusnya debat pilpres berguna sebagai edukasi bagi pemilih. Bagi pasangan calon presiden, debat pilpres ini menjadi moment untuk men-downgrade capres dan cawapres lawan. Selain itu, seharusnya debat pilpres ini menjadi langkah untuk menaikkan keterpilihan rakyat.

“Tetapi yang terlihat belum ada efek ke suara, mungkin karena tidak ada edukasi dan inovasi,” kata Arya. (*)