Tempo.Co

Program Debat Pilpres Mengalami Peningkatan
Kamis, 14 Maret 2019
Anggota Komisi VI Eriko Sotarduga menilai waktu kempanye idealnya tidak dari 3 bulan. Kamis,14 Maret 2019.

INFO DPR - Anggota Komisi VI DPR RI Eriko Sotarduga menilai program debat pilpres 2019 yang dikelola Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan semakin baik jika dukungan media televisi. Bahkan bukan tidak mungkin suatu saat, ke depan, tidak perlu lagi ada kampanye besar-besaran di ruang terbuka.

“Saya membahas dari awal di mana debat ini dimulai tahun 2004, 2009, 2014 hingga sekarang tahun 2019. Kalau secara jujur kata harus akui bahwa ada peningkatan. Kita harus bilang iya,” ujarnya di Gedung DPR, Kamis, 14 Maret 2019.

Namun, jika dilihat dari survei, bahwa debat pertama capres 2019 hanya disaksikan 50,6 persen penduduk Indoensia. Dari survei disebutkan jika masyarakat sudah cerdas, semakin dewasa dan  memahami jika debat pertama tidak menarik perhatian. Pada debat capres kedua sudah jauh lebih baik daripada debat pertama.

“Tetapi apakah ini sudah seperti yang diinginkan masyarakat di Indonesia, saya harus jawab belum,” kata Eriko.

Oleh karena itu, agar pada perdebatan selanjutnya semakin menarik, Eriko mengusulkan agar sebelum masuk ke debat yang utama, setiap stasiun televisi diberikan kesempatan menggali informasi pasangan capres dan cawapres. Misalnya, sisi kehidupan capres dan cawapres termasuk apa yang akan mereka lakukan sebagai calon pemimpin bangsa. Sehingga masyarakat tahu bagaimana kehidupannya, track record-nya, termasuk terobosan yang dilakukan saat masing-masing capres dan cawapres ini memimpin.

 “Seharusnya digali dengan diberikan kesempatan kepada setiap stasiun televisi. Misalnya dua kali dalam satu minggu, satu jam sampai satu jam setengah, tentu media televisi atau media online dan tahu cara menyajikan yang terbaik,” ujarnya.  

Menurut Eriko, jika langkah itu dilakukan, dia yakin, tidak perlu lagi ada kampanya besar-besaran, sebab ada penetrasi televisi sebanyak 93 persen. Angka itu akan naik lagi jika ditambah pemberitaan lewat media online dan media cetak dari seluruh media yang ada.

“Inilah yang diinginkan masyarakat sesungguhnya, bahwa mereka mengetahui siapa calon pemimpin yang nanti akan mereka pilih, kan ini hanya ada dua pilihan, kita hanya boleh memilih salah satu,” katanya.

Di samping itu, Eriko juga mengkritisi waktu kampanye. Masa kampanye selama tujuh bulan patut menjadi bahan evaluasi. Sebagai calon legislative, dia menilai kampanye pemilu 2019 terlalu panjang.

“Kalau mau bicara jujur, saya calon legislatif mengakui sangat berat melakukan kampanye 7 bulan. Harus jujur secara terbuka,  paling lama wajarnya kampanye itu dilakukan tidak lebih dari 3 bulan,” katanya.

Begitu pun dengan debat pilpres, waktu tiga bulan sudah lebih dari cukup untuk mengetahui jika program ini disajikan dengan baik. Dan, seiring masa kampanye ini, Eriko yakin KPU masih punya waktu untuk membuat debat ini menjadi lebih menarik lagi bagi masyarakat. (*)