Tempo.Co

Pustakawan Harus Bahagia Walau Bekerja di Perpustakaan
Rabu, 27 Maret 2019
Peneliti Badan Keahlian DPR RI Lukman Nul Hakim menilai para pustakawan bahagia harus bekerja dan bekerja dengan bahagia.

INFO DPR - Bidang Perpustakaan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal (Sekjen) DPR RI menggelar seminar motivasi ‘Bahagia Bekerja, Bekerja Bahagia’ sekaligus memperkenalkan fitur E-Library di Gedung DPR RI, Rabu, 27 Maret 2019. Seminar ini, kata Peneliti Bidang Psikologi di Badan Keahlian DPR RI Lukman Nul Hakim yang menjadi narasumber seminar, bertujuan untuk memberikan ilmu kepada karyawan internal maupun eksternal di lingkungan perpustakaan DPR, DPD, MPR RI dan sejumlah perwakilan pustakawan dari kementerian/lembaga. 

“Namun sebenarnya seminar ini bisa dibawa ke umum bagaimana dalam sebuah organisasi, karyawannya bisa bahagia,” kata Lukman.

Menurut Lukman, dalam kegiatan ini sangat tepat jika perpustakaan mengangkat tema yang relevan untuk pegawai. Sehingga tetap menjaga harmoni di dalam kantor termasuk dalam tugasnya sebagai pustakawan.

Dalam kesempatan itu, BK DPR RI juga menyampaikan fitur baru E-Library yang sudah bisa diakses oleh masyarakat umum yang ingin melihat koleksi kliping, ataupun buku-buku referensi dalam format pdf. Fitur E-Library ini, kata Lukman sesuai dengan konsep era Jaman Now yang tidak lagi pasif menunggu pengunjung ke perpustakaan melainkan semakin aktif menyebarkan ilmu pengetahuan kepada masyarakat.

“Kita berkiblat pada Library of Congress yang ada di Amerika. Sekarang dengan konsep Jaman Now, kita harus lebih aktif menyebarkan ilmu pengetahuan kepada masyarakat,” ujar Lukman yang mengakui jika kerap berkunjung ke sejumlah perpustakaan di luar negeri dan menjadikannya rujukan.

Narasumber lain yakni Psikolog yang juga Akademisi dari Universitas Indonesia J.P Soebandono mengatakan jika motivasi yang dibagikannya kepada pustakawan adalah agar mereka dapat bahagia bekerja dan bekerja bahagia di lingkungan perpustakaan. Menurutnya banyak orang yang tidak tahu bagaimana kinerja pustakawan.

“Saya lihat pustakawan ini belum begitu populer, apalagi minat baca di Indonesia sangat rendah. Kalau perpustakaan memang lebih diminati di lingkungan universitas karena kebutuhan mahasiswa, sementara di luar itu sangat jarang,” ucapnya.

Tidak dipungkiri, banyak orang melihat perpustakaan itu tempat yang boring atau membosankan. Namun, saat ini bagaimana melihat situasi ini dari sisi pustakawan dan menjadikan pekerjaan yang terkenal membosankan itu menjadi membahagiakan.

“Ini motivasi buat mereka. Bisa saja kita lihat, bahwa pekerjaan itu harus membahagiakan dan dia juga harus bahagia,” kata Soebandono.

Kendati demikian, dia juga berpesan agar setiap pustakawan memiliki self motivation bagi dirinya sendiri sebab telah memilih menjadi pustakawan. Untuk menjadi seorang pustakawan bukanlah kebetulan, ada ilmu yang bisa dipelajari di dunia akademis yakni library science.  (*)