INFO DPR - Generasi milenial Indonesia dituntut untuk beradaptasi dengan arus perubahan. Maka, generasi milenial harus keluar dari perangkap rivalitas ‘Cebong versus Kampret’, dan segera ikut ambil bagian dalam program pengembangan mutu sumber daya manusia yang sedang dikelola negara.
Ketua DPR RI Bambang Soesatyo dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, 25 April 2019 mengatakan rivalitas ‘Cebong versus Kampret’ yang memuncak pada periode perhitungan suara hasil pemilihan umum (Pemilu) 2019, cepat atau lambat, memang harus diakhiri. Kesinambungan pembangunan nasional harus tetap terjaga.
“Dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi global harus diantisipasi,” tutur Bambang.
Beberapa perubahan untuk memperbaiki kondisi bangsa tidak boleh berhenti seperti memerangi peredaran narkoba. Selain itu harus dipastikan ruang publik kondusif, mengingat siswa-siswi sedang bersiap mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) II pada 17-21 Juni 2019, serta Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) yang berlangsung hingga pekan pertama Mei 2019.
Sebagaimana dipahami, upaya memodernisasi perekonomian mengharuskan Indonesia menapaki era Industri 4.0. Tentang era industri keempat sudah sering dibahas.
“Pertanyaannya adalah seberapa jauh sudah kesiapan Indonesia beradaptasi dengan era ini. Terbukti bahwa belum semua sektor dan sub-sektor usaha atau bisnis telah siap melakoni Industri 4.0,” kata Bambang Soesatyo.
Di dalam negeri, masih ditemukan praktik penerapan teknologi revolusi industri pertama hingga ketiga. Di banyak pedesaan, petani masih menggunakan cangkul.
Di perkotaan sekalipun, masih banyak ditemukan kegiatan produksi yang mengandalkan teknologi lama. Tentu saja berdampak pada biaya produksi, yang pada gilirannya mengakibatkan produk tidak kompetitif di pasar.
“Fakta-fakta seperti ini kiranya sudah memberi gambaran tentang skala kesiapan masyarakat Indonesia menapaki Industri 4.0,” ucap Ketua DPR RI ini.
Berbicara tentang kesiapan masyarakat, tentu perhatian harus ditujukan kepada generasi milenial. Era Industri 4.0 menuntut setiap orang melek teknologi terkini, karena ragam kegiatan sehari-hari telah menggunakan mesin-mesin yang terintegrasi dengan jaringan internet atau internet of things (IoT). Itu sebabnya, kata Bambang, sedikitnya lima teknologi yang bisa diibaratkan sebagai jantung Industri 4.0, meliputi IoT, Artificial Intelligence, Human-Machine Interface, teknologi robotik dan lain-lain.
“Bagaimana generasi milenial bisa mempelajari dan memahami ini semua tentu dibutuhkan upaya khusus. Lalu, bagaimana respons sektor pendidikan terhadap lompatan ini? Untuk merespons lompatan dimaksud, pemerintah telah merancang peta jalan atau road map berjudul Making Indonesia 4.0,” kata Bambang.
Dalam road map itu, pemerintah akan fokus pada lima sektor industri, meliputi industri makanan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronika dan kimia.
“Kalau negara telah siap dengan Making Indonesia 4.0, bagaimana dengan masyarakat, khususnya generasi milenial? Apakah orang-orang muda sudah tertarik untuk memahami Making Indonesia 4.0 itu? Inilah tantangan nyata generasi milenial Indonesia,” ujarnya.
Menurut Ketua DPR RI daripada terus terperangkap dalam rivalitas ‘Cebong versus Kampret’, akan lebih produktif jika generasi muda Indonesia didorong untuk memahami tantangan yang akan dihadapi. Dorongan itu hendaknya diinisiasi oleh para tokoh masyarakat yang berniat mewujudkan rekonsiliasi ‘Cebong’ dengan ‘Kampret’. (*)