Tempo.Co

Parlemen Dukung Pembangunan Kilang Minyak di Cilacap
Selasa, 14 Mei 2019
Wakil Ketua Komisi I DPR RI Satya Widya Yudha mengatakan kilang minyak domestik bisa mencakupi kebutuhan nasional.

INFO DPR - Kebutuhan minyak Indonesia dapat tercukupi jika seluruh kilang minyak domestik beroperasi termasuk kilang minyak yang akan dibangun di Tuban dan Cilacap. Hal ini diungkapkan Wakil Ketua Komisi I DPR RI Satya Widya Yudha usai mendampingi Ketua DPR RI Bambang Soesatyo menerima Duta Besar Arab Saudi Esam A. Abid Althagafi di Gedung DPR RI, Senin, 13 Mei 2019.

“Untuk yang di Cilacap 300 ribu barel per hari. Yang di Tuban sekitar 300 ribuan per hari. Jadi nanti insyaalah kebutuhan kita yang sekitar 1,6 juta barrel per hari akan tercukupi dengan seluruh kilang yang ada di domestik. Termasuk Tuban dan Cilacap,” kata Satya.

Indonesia, saat ini masih menunggu realisasi kerjasama pembangunan kilang minyak di Cilacap. Kerjasama Saudi Aramco dengan Indonesia terkait pembangunan kilang minyak di Cilacap berupa upgrading dari refinery atau pengolahan minyak. Dan juga tidak menutup kemungkinan membuka refinery baru dengan investasi sekitar 60 miliar dollar Amerika.

“Investasi besar, sekitar 60 billion US dollar. Cuma karena prosesnya cukup lama kami minta pada pemerintah Saudi Arabia untuk sungguh-sungguh dan serius sehingga bisa direalisasikan karena kita mempunyai dua project yang sekarang lagi dipercepat. Satu mengenai grassroot refinery project yang ada di Tuban, kedua Saudi Aramco,” kata Satya.

Pembangunan kilang minyak di Tuban adalah hasil kerjasama Pertamina dengan Roseneft, Rusia yang diharapkan segera direalisasikan. Dan yang kedua, kerjasama dengan Saudi Aramco sudah cukup lama tertunda.

“Kepada kita disampaikan Duta Besar, dia mengatakan King Salman sendiri sudah menginstruksikan kepada Menteri Energi Saudi Arabia mempercepat proses ini dengan Pertamina,” tutur Satya.

Kendalanya selama ini adalah saat ini adalah valuasi asset. Bahwa belum ada kesepakatan antara Pertamina dengan Saudi Aramco, sehingga Parlemen DPR RI meminta Pertamina agar menggunakan independen consultant, untuk menghitung harga asset

“Supaya dalam proses investasi Saudi Aramco bisa membayangkan bahwa Indonesia mempunyai asset yang bisa divaluasi dengan baik. Kalau terlalu mahal, masih dihitung-hitung, kita suruh dipercepat saja,” katanya.

Setelah proses itu, dijelaskan Satya, pembangunan refinery dapat dimulai. Dari investasi itu, Indonesia akan mendapatkan 300 ribu barrel per hari. Kehadiran kilang minyak di Cilacap ini dipastikan akan menambah kapasitas pengilangan minyak mentah dalam negeri.

“Kita menekan impor BBM jadi karena kita mengimpornya menjadi crude saja, bahan mentahnya saja yang kita impor, proses jadinya di Indonesia. Kalau saat ini karena keterbatasan kilang di Indonesia kita mengimpor BBM dalam bentuk barang jadi, pertamax, dari Singapura yang membuat defisit transaksi berjalan kita menjadi lebar. Dengan adanya pembangunan kilang minyak domestik paling tidak menekan kebutuhan impor jadi BBM, menekan defisit transaksi berjalan,” kata Satya Widya Yudha.

Sementara itu Anggota Komisi VII DPR Bara Krishna Hasibuan menyambut positif rencana kerjasama tersebut. Akan tetapi dia berharap, investasi pembangunan kilang minyak itu oleh Saudi Aramco diharapkan dapat direalisasikan bersama Pertamina.

“Kita tahu sudah ada beberapa perusahaan yang menyatakan akan melakukan investasi pembangunan kilang di Indonesia. Tetapi belum ada satupun yang berhasil, sudah ada beberapa MoU yang ditandatangani Pertamina, oleh pemerintah dengan negara lain tapi belum ada,” kata Bara. (*)