Tempo.Co

Pengusaha Diminta Majukan Perekonomian Nasional
Senin, 20 Mei 2019
Defisit besar yang terjadi terhadap neraca perdagangan kita, mencapai USD 2,5 miliar.

INFO DPR - Pengusaha Indonesia diharapkan merapatkan barisan untuk menggenjot dan memajukan perekonomian nasional. Apalagi, saat ini efek perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok masih berlangsung panas dan berdampak terhadap pelemahan rupiah. 

Ketika menjadi tuan rumah buka puasa bersama beberapa organisasi pengusaha serta club motor dan mobil, di Rumah Dinas Ketua DPR RI, Sabtu, 18 Mei 2019, Ketua DPR RI Bambang Soesatyo mengatakan defisit yang terjadi terhadap neraca perdagangan Indonesia, mencapai USD 2,5 miliar.

“Salah satunya akibat masih tingginya impor di beberapa bidang. Ini sesungguhnya menjadi peluang bahwa konsumsi Indonesia cukup tinggi, karenanya pengusaha nasional harus bisa memacu produktifitas agar bisa mensubtitusi berbagai barang impor,” ujar Ketua DPR RI.

Beberapa organisasi yang hadir antara lain Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Asosiasi Perdagangan Barang, Distributor, Keagenan dan Industri (Ardin), Pengurus Besar Persatuan Menembak Indonesia (Perbakin), Brother Club, Ferari Owner Club Indonesia (FOCI), Lamborghini Club Indonesia (LCI), McLaren, Bentley Club, HOG Jadoel, HOG Nusantara dan HDCI Pusat.

Bambang yakin jika industri nasional bisa memenuhi berbagai kebutuhan konsumsi dalam negeri, secara perlahan Indonesia tidak akan bergantung lagi terhadap impor. Malah sebaliknya, jika terjadi surplus produksi, justru Indonesia yang akan mengekspor berbagai barang kebutuhan ke luar negeri.

“Sudah waktunya produk-produk Indonesia berkibar di mancanegara. Dukungan pemerintah terhadap para pengusaha juga tidak main-main. Berbagai keringanan dari mulai pajak, kemudahan berusaha sampai penyediaan infrastruktur telah dipenuhi. Kini tinggal para pengusahanya yang harus memacu semangat dan kinerja,” tutur Bambang.

Dia juga mengajak para pengusaha maupun anggota klub motor dan mobil yang notabene juga merupakan kalangan menengah atas, menjadikan Ramadan tidak hanya sebagai bulan yang penuh dengan simbol-simbol kedermawanan. Berbagai bantuan maupun santunan yang diberikan kepada pihak yang membutuhkan, tidak dilakukan saat Ramadan saja, melainkan harus dilakukan di bulan-bulan selanjutnya.

“Terlebih dari itu, yang paling penting bagi setiap pengusaha adalah memperhatikan setiap pekerjanya. Penuhi segala kewajiban sebagai pengusaha, sehingga para pekerja bisa terpenuhi haknya. Khusus di Ramadan ini, jangan lupa untuk siapkan THR dari jauh-jauh hari. Agar para pekerja dan keluarganya bisa nyaman menyambut hari raya. Jika hak sudah didapatkan, insyaallah kinerja juga akan meningkat,” kata Ketua DPR. (*)