Tempo.Co

Bulog Didorong Jadi Operator Ketersediaan Bawang Putih
Jumat, 24 Mei 2019
Harga bawang putih di pasaran masih belum stabil. Harga awal Ramadan ini, di pasaran mencapai Rp 100 ribu per kilogram.

INFO DPR - Komisi IV DPR RI mendorong realisasi penugasan impor bawang putih oleh Perum Badan Urusan Logistik (Bulog). Hingga kini penugasan itu belum turun dari Menteri Perdagangan. Menurut Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Daniel Johan, dengan menjadikan Bulog sebagai operator, diharapkan ketersediaan bawang putih akan terus terjaga. Karena Bulog bertugas untuk menjaga ketersediaan barang dan kestabilan harga.

“Naiknya harga ini karena stok barang hingga kini belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk itu kami akan meminta Menteri Perdagangan segera memberikan rekomendasi, sehingga Bulog bisa segera menjalankan tugasnya,” kata Daniel usai memimpin Tim Kunjungan Kerja Spesifik ke Bulog Divre Jatim di Surabaya, Selasa, 21 Mei 2019. 

Sampai saat ini harga bawang putih di pasaran masih belum stabil. Pada awal Ramadan, komoditas ini di pasaran mencapai Rp100 ribu per kilogram. Walau kini harganya mulai turun yakni Rp 20 ribu per kilogram, namun kenaikan harga tetap harus diantisipasi.

Untuk itu Daniel meminta kepada pemerintah yang memegang kebijakan impor bawang putih tidak saling menghadang rekomendasi impor oleh Bulog. Sebab, pengaruhnya sulit, dan harga bawang putih bisa kembali bergejolak, serta merugikan masyarakat.

Sementara itu, Direktur Pengadaan Perum Bulog Bachtiar Utomo yang mendampingi Tim Kunspek Komisi IV DPR RI mengatakan, Bulog sebagai operator selalu siap menerima penugasan.

“Kami tidak akan menulis surat lagi ke pemerintah terkait pengajuan penugasan ini, dan hanya tinggal turunnya surat. Ketika hal itu turun, kami siap melaksanakan,” ujar Bachtiar.

Sebelumnya, pemerintah telah memutuskan untuk membuka impor bawang putih sebesar 100 ribu ton melalui Bulog berdasarkan rakor terbatas yang dipimpin Menko Perekonomian Darmin Nasution pada Senin, 18 Maret 2019 lalu . Rakor tersebut dilatar belakangi adanya kenaikan harga komoditas bawang putih di berbagai daerah, dan berkurangnya pasokan ke tingkat pedagang.

Bachtiar mengatakan memang selama ini 97 persen bawang putih harus impor. Hasil panen lokal hanya untuk dijadikan bibit-bibit untuk penanaman-penanaman berikutnya agar luas lahan tanam bisa bertambah. Itu dilakukan untuk mencapai target yang ditetapkan menuju Indonesia swasembada bawang putih beberapa tahun ke depan.

“Itu memang tujuan kita. Jadi bawang putih lokal tidak dijual, tapi dijadikan bibit,” ujarnya. (*)