INFO DPR - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Viva Yoga Mauladi, meminta pemerintah tidak mengimpor minyak kayu putih. Akan tetapi, kebijakan yang harus dilakukan adalah menjadikan Indonesia mampu melakukan swasembada minyak kayu putih pada 2024. Viva berharap pelaku usaha yang berkaitan dengan minyak kayu putih, seperti pabrik kosmetik dan obat-obatan dalam negeri hendaknya selalu menggunakan bahan baku lokal asli Indonesia sendiri. Apalagi, banyak sekali produk turunan dari minyak kayu putih, mulai dari obat-obatan, farmasi untuk kosmetik, dan parfum.
Hal ini dikatakan Viva ketika memimpin pertemuan Tim Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspek) Komisi IV DPR RI dengan Kepala Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Yogyakarta, Perum Perhutani, dan jajaran lembaga terkait di Pabrik Sendang Mulyo, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa, 2 Juli 2019.
“Kami harap para pelaku usaha di Indonesia hendaknya selalu menyerap bahan lokal dalam negeri,” tuturnya.
Ke depan, minyak ini tidak hanya identik sebagai obat, namun dapat dikaitkan pada kebutuhan kecantikan. Hal itu juga yang menjadi dasar dan harapan Komisi IV DPR agar pemerintah lebih serius untuk melakukan swasembada minyak kayu putih.
Langkah yang dapat dilakukan, yakni melakukan pekerjaan secara bersama-sama antara Perum Perhutani, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, para pelaku usaha dan masyarakat sekitar desa hutan. Dia menyayangkan masih terjadinya impor minyak kayu putih yang dilakukan pemerintah, padahal Indonesia berpotensi melakukan swasembada minyak kayu putih.
Hanya dibutuhkan lahan sekitar 150 ribu hektare, maka sudah bisa memenuhi sebagai syarat swasembada minyak kayu putih. Di seluruh wilayah Indonesia terdapat sekitar 2,4 juta hektare lahan pohon kayu putih. Khusus di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta ada 10 ribu hektare pohon kayu putih yang dikelola oleh Perhutani.
“Bayangkan di seluruh Indonesia, Perhutani memiliki lahan sekitar 2,4 juta hektare. Hanya dengan sekitar 150 ribu hektare saja, kita sudah bisa swasembada. Satu pabrik di Gunungkidul ini saja ada sekitar 10 ribu hektare pohon minyak kayu putih. Potensi swasembada minyak kayu putih masih terbuka lebar,” kata Viva. (*)