INFO DPR - Anggota Komisi V DPR RI Novita Wijayanti berharap maskapai nasional Garuda Indonesia menjadi angkutan udara pilihan utama masyarakat Indonesia. Akan tetapi, dengan mahalnya harga tiket, menurut Novi banyak masyarakat memilih angkutan lain sembari banyak bertanya-tanya, dengan mahalnya harga tiket kenapa Garuda Indonesia selalu mengaku merugi.
Dia menceritakan mahalnya harga tiket pesawat Garuda Indonesia yang harus dibayarnya ketika melakukan kunjungan kerja ke Bali dan Kalimantan. “Sewaktu kunjungan kerja ke Bali, pulang pergi harganya mencapai Rp 13 juta, ke Kalimantan mencapai Rp 17 juta. Ini sudah paling mahal dengan fasilitas yang sama,” kata Novita dalam Rapat Kerja Komisi V DPR RI dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljanto, Basarnas, BMKG dan Korlantas Polri beserta jajarannya di Gedung DPR, Rabu, 24 Juli 2019.
Dia berharap ada pembenahan dari manajemen Garuda Indonesia terhadap harga dan layanan ini.
Sementara itu, dalam rapat, Ketua Komisi V DPR RI Fary Djemy Francis berharap ada penjelasan dari maskapai-maskapai Indonesia, baik itu Garuda Indonesia group maupun Lion Air group yang masih memasang tarif tiket mahal. Padahal Menteri Perhubungan telah mengeluarkan batas tarif atas dan bawah melalui Permen Nomor 106 Tahun 2019.
“Sudah ada kebijakan dari Permen 106 Tahun 2019, tetapi harga tiket pesawat masih tinggi. Dari Garuda dan Group Lion diharapkan dapat memberikan penjelasan,” ujar Fary.
Direktur Niaga Garuda Indonesia Pikri Ilham mengatakan jika Garuda Indonesia mengalami hal yang sangat berat pada 2017. Tahun itu, sesuai laporan keuangan Garuda Indonesia rugi Rp 3 triliun. Sementara, pada 2018 dari Januari hingga September Garuda Indonesia merugi hingga Rp 1,6 triliun.
“Bagaimana menutupnya? Dari temuan BPK dinilai ada catatan bahwa kita menjual harga tidak sesuai HPP (harga pokok penjualan), dan kemudian kami lakukan evaluasi,” ujar Pikri.
Sementara itu dari Lion Air dijelaskan jika biaya tinggi yang diberikan maskapai swasta ini dikarenakan komponen lain, tidak hanya tiket saja. Selain harga tiket, kepada penumpang juga dibebankan biaya ppn, iuran asuransi Jasa Raharja, dan airport tax. Selain itu, sejak 2013, harga dollar yang terus naik menyulitkan maskapai ini mengurangi biaya maintenance bagi 314 pesawat yang mereka miliki. (*)