Tempo.Co

Butuh Perubahan Mindset Terhadap Museum
Senin, 19 Agustus 2019
Museum dan perpustakaan sebenarnya adalah artefak yang hidup.

INFO DPR - Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon berharap terjadi perubahan mindset terhadap museum, arsip, dan perpustakaan. Menurut Fadli, dalam pembukaan Seminar dan Pameran Museum bertema "Museum untuk Kemajuan Informasi dan Peradaban Bangsa" di Gedung DPR RI, Senin, 19 Agustus 2019, mindset itu harus diubah sebab tidak ada bangsa yang besar tanpa jejak peradaban yang jelas.

“Museum, di dalamnya ada empat kata kerja yaitu konservasi, koleksi, riset, dan pameran. Tentu semuanya itu terkait dengan empat bidang utama, yang tidak bisa dipisahkan, yakni seni, kebudayaan, sejarah, science, dan teknologi. Di negara lain museum sudah begitu maju,” ujar Fadli.

Dia bercerita, jika sebelum menjadi anggota parlemen, Fadli diajak Komunitas Jelajah untuk menjadi juri Museum Award. Dia pun suka berkunjung ke sejumlah museum di sebuah tempat maupun di suatu negara. Dia mengemukakan sangat terkesan pada open space museum Gobustan di Azerbaijan. Di gunung ada tersimpan peradaban 20 ribu tahun, piktoglif.

“Di zaman itu, mereka mengukir batu dengan tanda binatang, tarian. Open space yang luar biasa di negara seperti Azerbaijan. Kesan kita terhadap negara itu sebagai former soviet union agak terbelakang tetapi di dalam museum itu sangat interaktif. Pada 3.000 tahun lalu, hanya dengan sentuhan tangan dapat dilihat permukaan airnya seperti apa,” kata Fadli yang juga berharap sumber museum di Sangiran tetap terpelihara.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal DPR RI Indra Iskandar, mengatakan museum sebagai sumber informasi harus melaksanakan kegiatan pemanfaatan melalui penelitian dan penyajian. Penelitian bertujuan mengembangkan kebudayaan nasional dan ilmu pengetahuan. Sementara penyajian harus tetap memperhatikan aspek pelestarian dan pengamanan.

Indra bercerita jika sebulan lalu dia mendampingi Wakil Pimpinan DPR RI Fadli Zon menghadiri Pameran Filateli, Eksebisi dan Kejuaraan di Singapura. Di kegiatan itu terlihat gairah dunia untuk melestarikan benda bersifat pusaka.

“Kemudian, telah disepakati Asosisasi Filateli Dunia, tahun depan akan digelar di Kompleks Parlemen ada pameran eksebisi serta kejuaraan tingkat dunia, yang akan diikuti lebih dari 100 negara,” kata Indra.

Menurut Indra, di era perkembangan teknologi yang cepat, menjelang milenial II yang dikenal revolusi industri 4.0, museum juga dituntut untuk mampu memutakhirkan dirinya sehingga paradigma masyarakat turut berubah. Perubahan dapat dilihat dari koleksi museum yang tidak hanya lagi benda-benda saja, melainkan sejajar dengan kemajuan teknologi. Dengan tema yang diangkat ini, diharapkan dapat menjawab permasalahan yang terkait revitalisasi museum di era digital. Pameran ini diikuti 18 museum dan dua anggota komunitas sekaligus tampilan foto kinerja DPR RI. Pameran yang dilaksanakan tiga hari juga diisi sejumlah seminar dan talkshow.

Lebih lanjut, dia mengatakan jika pameran ini bertujuan mencari dan menemukan kiat dan strategi pengelolaan lembaga dokumenter modern, mencari pendekatan yang tepat untuk mendorong generasai milenial dalam memanfaatkan lembaga dokumenter, mencari masukan untuk diberikan kepada terhadap pemerintah terkait kebijakan di bidang perpustakaan, kearsiapan, dan permuseuam Tanah Air. Lalu, untuk mencari berbagai masukan yang akan diberikan kepada tim museum, arsip, dan perpustakaan terkait knowledge dan manajemen DPR RI. Serta memberikan wawasan bagi insan permuseuman untuk merevitalisasi museum DPR RI dari segi penyajian sistem digital dan sistem edukasi.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia atau AMI Putu Supadma Rudana, mengatakan jika ada sekitar 500 museum di Indonesia. Setelah berkeliling Indonesia, diketahui jika banyak tantangan dalam pengelolaan museum. Oleh karena itu, AMI menggaungkan Sapta Karsa permuseuman Indonesia untuk memperbaikinya.

“Butuh dukungan banyak pihak untuk memajukan museum Indonesia,” kata Putu Supadma Rudana. (*)