Wakil Ketua Komisi X DPR RI AR Sutan Adil Hendra mengaku prihatin dengan minimnya minat baca penduduk Indonesia. Di Indonesia, satu buku dibaca oleh 12 orang. Situasi ini berbeda dengan negara maju seperti Finlandia, di mana satu orang sudah membaca dua buku.
Anggota Komisi X DPR RI My Esti Wijayati mengatakan sekarang pemerintah, dalam hal ini Perpustakaan Nasional, mencoba mengembalikan minat baca penduduk Indonesia. Sebab, harus kembali diingatkan bahwa salah satu tujuan negara merdeka adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Menumbuhkan minat baca warga negara adalah upaya untuk mewujudkan tujuan Indonesia merdeka.
“Itu adalah cerminan untuk melaksanakan tujuan Indonesia merdeka. Jika ingin melakukan sosialisasi minat baca, harus tepat sasaran. Dengan membaca, kita membuka jendela dunia. Dari membaca ini, poinnya adalah mengurangi kemiskinan,” kata Esti.
Adapun Kepala Perpustakaan Nasional RI Muh Syarif Bando mengatakan Indonesia membutuhkan akses literasi. Sebab, minat baca penduduk Indonesia hanya 0,001 persen dari penduduk Indonesia yang berjumlah 259,1 juta jiwa.
“Dari data yang diperoleh Perpustakaan Nasional, satu buku dibaca oleh 12 orang. Jika angka ini dapat dicapai, Perpustakaan Nasional menawarkan upaya satu buku akan dibaca oleh 10 orang,” kata Syarif.
Solusinya disesuaikan dengan perkembangan dunia digital dan teknologi saat ini. Perpustakaan menawarkan minat baca di Perpustakaan Nasional secara digitalisasi. Dari penduduk Indonesia 259,1 juta jiwa, sebanyak 88,1 juta adalah pengguna Internet dan sejumlah 79,0 persen adalah pengguna Internet aktif.
Digitalisasi ini akan menjadi pekerjaan besar di samping melakukan kegiatan secara manual. Layanan transformasi digital yang akan disiapkan Perpustakaan Nasional akan berbasis International Standard Book Number (ISBN), Online Public Access Catalogue (OPAC), IOS, dan K-ol. al Standard Book Number.
Perpustakaan nasional akan mendigitalisasi 81 juta orang yang sudah terkoneksi Internet. Selain itu, perpustakaan digital akan menjadi solusi meningkatkan minat baca.
“Kami mengusulkan iPerpusnas, platform yang bisa diakses sistem android,” ujar Syarif. (*)