Tempo.Co

Endang Kunjungi Rebo dan Aisyah
Senin, 20 Juni 2016
Kementerian Kesehatan harus mempunyai langkah untuk mengoptimalkan akses layanan kesehatan di tengah-tengah masyarakat

Rebo tergeletak lemah di pembaringan. Walau usianya sudah 18 tahun, tubuhnya terlihat seperti balita. Tubuhnya tumbuh tidak normal sejak usia 7 bulan. Ia tak bisa mengunyah makanan dan tak bisa bicara. Dia hanya menangis bila menginginkan sesuatu.

Tawiyem, orang tua Rebo, mengisahkan, tubuh Rebo normal saat dilahirkan. Namun, menginjak usia 7 bulan, terlihat ada perubahan fisik. Awalnya, Rebo diduga menderita polio tapi tak mampu menyerap imunisasi yang diberikan saat balita. Belum diketahui kelainan apa yang diderita Rebo hingga kini berusia 18 tahun.

Sebuah kotak papan yang dibuat keluarganya menjadi tempat ia berbaring.

Suami Tawiyem sudah lama wafat. Untuk menjaga Rebo, Tawiyem dibantu oleh nenek dan saudara-saudaranya di gubuk sederhananya yang berlantai tanah. Rebo anak kedua dari tiga bersaudara. Dua saudara lainnya tumbuh sehat.

Di desa itu ada juga balita penderita hydrocephalus, Siti Aisyah (2 tahun). Ia bungsu dari tiga bersaudara. Narti dan Junar, kedua orang tua Aisyah, pasrah dengan kondisi buah hatinya itu karena minim biaya dan dokter tak sanggup mengobati. Kondisi penyakit Aisyah hanya membuat dia tak berdaya dalam dekapan ibunda.

Anggota DPR RI Endang Srikarti Handyani prihatin melihat kedua warga Desa Kedung Mulya, Kemusuk, Boyolali, saat berkunjung ke sana pada Sabtu, 18 Juni 2016. Endang memberikan santunan kepada dua anak yang menderita penyakit kronis di desa tersebut. Ia berharap, Menteri Kesehatan mempunyai langkah-langkah untuk mengoptimalkan akses layanan kesehatan di tengah-tengah masyarakat.

“Saya sangat prihatin melihat penderitaan Rebo dan Aisyah. Tapi masalah ini tidak hanya tugas kita, Kementerian Kesehatan perlu melihat anak-anak yang selama ini kekurangan gizi di daerah,” kata Endang. (*)